10 Kesalahan Kecil Guru Dalam Mengajar dan Mendidik Siswa
Tanggung jawab sebagai seorang guru dalam mendidik siswa amatlah besar. Tentu saja karena anak-anak adalah generasi bangsa selanjutnya, sedangkan pendidikan yang guru ajarkan pada mereka sangat berpengaruh ke depannya.
Untuk itu, demi mewujudkan generasi bangsa yang lebih peka, guru perlu maksimalkan tindakan pendidikan, baik dari segi teknis pengajaran, metode, maupun media. Tetapi tidak cukup hanya demikian, guru juga perlu mengevaluasi diri terkait hasil pengajaran. Dan berikut ini beberapa kesalahan kecil guru dalam mendidik siswa :
1. Memaksa Siswa Untuk Benar-benar Memahami Pelajaran
Setiap guru biasanya memaksa siswa untuk benar-benar faham dengan materi yang diajarkan, padahal memori siswa terlalu kecil untuk menampung semua materi pelajaran. Begitu juga dengan para guru, mereka juga memiliki keterbatasan dalam menguasai pelajaran yang mereka ajarkan. Bagaimana mungkin mereka memaksa siswa untuk bisa menguasai setiap mata pelajaran ?.
Perlu diingat bahwa setiap siswa memiliki keahlian yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran. Untuk itu, Anda hanya perlu memberikan motivasi kepada para siswa untuk memperdalam pelajaran yang dikuasai dan disukai. Jika Anda memaksa, kemungkinan besar kemampuan siswa hanya berada di tengah-tengah tanpa keahlian pasti.
2. Egois dan Merasa Lebih Pandai
Sifat egois sangat tidak dibenarkan, jangan hanya kerena sebagai guru, Anda bisa bertindak sewenah-wenah pada siswa, apalagi pada siswa yang kurang menguasai. Keegoisan Anda justru membuat siswa merasa tidak nyaman saat pelajaran.
3. Fokus Pada Siswa Yang Pandai
Sudah menjadi kabar publik bahwa guru lebih menyukai siswa yang lebih pandai. Tetapi, jangan hanya karena hal ini, mengurangi perhatian Anda kepada semua siswa. Jika Anda hanya fokus pada yang pandai, maka mereka yang pandai akan semakin pandai dan yang bodoh akan semakin bodoh. Ingatlah, setiap siswa butuh perhatian dari guru, baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang bisa.
Baca lebih lanjut : Guru, Jangan Hanya Perhatian Pada Siswa Pandai Saja.
4. Kurang Mengetahui Kondisi Siswa
Mengetahui kondisi siswa juga sangat penting untuk menciptakan kelas yang kondusif. Misalkan Anda menyampaikan materi dengan gaya dan langkah yang mana gaya dan langkah tersebut mudah Anda pahami, tetapi belum tentu itu diaplikasikan kepada semua siswa karena setiap siswa memiliki proses mencerna materi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan faktor-faktor lain yang menyebabkan kondisi siswa kurang stabill dalam belajar.
Oh ya, jangan pernah Anda menyudutkan perasaan siswa karena ia melakukan kesalahan kecil tanpa mengetahui kondisi siswa tersebut, tanyalah padanya apa ia sedang sakit atau ada faktor lainnya. Ini penting untuk menjaga perasaan siswa, dan tentu saja hubungan Anda dengannya.
5. Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Siswa
Guru merupakan contoh dan panutan bagi siswa. Tanpa disadari, tindakan guru adalah doktrin yang melekat pada siswa, bahkan terkadang siswa mampu mencontoh gaya guru menyampaikan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam memahami materi.
Untuk itu, jangan pernah melakukan tindakan yang kurang tepat pada siswa, seperti mengeluarkan kata keras dan kotor, menghina siswa, memerintah pada sesuatu yang tiak dilakukan guru, sering terlambat masuk, merokok, dan lain-lainnya.
6. Mencampuradukkan Masalah Pribadi Saat Mengajar
Setiap orang pasti memiliki masalah pribadi masing-masing, tetapi jangan pernah Anda melibatkan masalah pribadi tersebut saat dalam proses belajar mengajar. Jika tidak, ini memungkinkan munculnya kesalahfahaman, keegoisan, atau bahkan siswa menjadi kambing hitam atas masalah Anda.
7. Fokus Pada Pengembangan Intelektual, Mengesampingkan Pengembangan Moral
Kemajuan bangsa dan negara ada di tangan para generasi muda, tentu pendidikan moral menjadi faktor terpenting untuk ini karena kondisi negara Indonesia saat ini sangat kritis di mana terjadi penjajahan internal oleh para pejabat koruptor.
Kesalahan guru di sini adalah hanya fokus bagaimana siswa mampu menjadi seorang yang intelektual. Jika ini terus berlanjut, maka guru sama saja membesarkan generasi untuk menjadi pejabat yang pintar dan berintelektual, tetapi tidak memiliki moral.
8. Kurangnya Keikhlasan Dalam Mengajar
Julukan “Guru Dalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mungkin sudah hampir punah pada zaman ini, hanya mereka yang mengajar tanpa menerima gaji. Jika ditelusuri kembali sejarah masa lalu, mengapa guru pada zaman dahulu bisa mencetak para cendekiawan zaman ini, padahal pada zaman dahulu bukanlah zaman teknologi, metode dan media yang digunakan pun masih sangat primitif ?. Tentu salah satu jawaban terbesar adalah karena ketulusan dan keikhlasan guru dalam mendidik siswanya.
Ini sangat berlawanan sekali bagi guru pada zaman sekarang yang hanya memprioritaskan profesi dan besarnya gaji. Tentu boleh saja guru menerima gaji, tetapi jangan karena gaji tersebut yang menjadi alasan Anda menjadi seorang guru.
9. Tidak Pernah Mendoakan Gurunya
Jangan pernah meremehkan sebuah doa, karena doa adalah energi spiritual yang sangat mendukung. Jika Anda belajar di pondok-pondok pesantren salaf, tentu para Kyai selalu memberikan doa wasilah kepada para gurunya dan penulis kitab.
Selain itu, para guru sepuh selalu memberikan wasiat kepada santri untuk tidak lupa mendoakan guru dan kyainya, doa ini adalah wujud syukur kepada guru sebelumnya yang berbuah berkah. Pertanyaannya adalah apakah Anda juga mendoakan guru-guru Anda setiap hari, setidaknya mengirimkan fatihah untuk mereka ?.
10. Jarang Mendoakan Siswanya
Setelah point ke sembilan di atas, siswa juga membutuhkan energi spiritual dari guru melalui doa. Ini juga penting karena ini adalah amalan bagi para guru sepuh dan para kyai.