Doa dan Shodaqoh Bisa Menolong Manusia di Alam Kubur
Diceritakan dari Syekh Tsabit Al-Banany, beliau adalah salah satu ulama’ yang termashur di zamannya. Salah satu amalan rutin yang sering beliau kerjakan adalah berziarah ke beberapa makam ulama’ pada setiap malam jum’at. Beliau bermunajah kepada Allah saat berziarah sampai waktu fajar mengintip.
Pada suatu ketika, saat beliau berziarah dan bermunajah, atas izin Allah, rasa kantuk pun menghanyutkan beliau sehingga beliau tertidur. Dalam tidurnya, beliau bermimpi dan mimpi seorang ulama’ adalah nur dari Tuhan yang menguasai mimpi. Beliau bertemu dengan semua ahli kubur dalam keadaan riang dan bersinar di wajah mereka, memakai pakaian yang mewah, dan setiap ahli kubur membawa hidangan makanan yang bermacam-macam.
Namun, ada seorang pemuda dengan rambut terbawur-bawur tidak karuan dan mengenakan pakaian yang kusut dan lama di antara mereka. Terlihat wajahnya begitu pucat, sedih, dan mengucurkan air mata. Pemuda itu tercengang kesepian tanpa hidangan makanan sekalipun.Beberapa waktu kemudian, para ahli kubur pun kembali ke dalam alam mereka dengan riang dan gembira, sedangkan pemuda itu masih terlihat sedih, gelisah, dan putus asa.
Syekh Tsabit Al-Banany pun segera menghampiri pemuda itu dan bertanya “Wahai pemuda, siapakah kamu ? mengapa kamu tidak berada di antara mereka ? mereka masing-masing membawa makanan dan kembali dengan bahagia, sedangkan kamu sendirian tidak memabawa makanan dan kembali dalam keadaan sedih ?”.
Pemuda itu pun menjawab “Sesungguhnya aku adalah orang asing yang bepergian, tidak ada seorang pun yang mengingatku dan mendoakanku. Sedangkan mereka mempunyai anak-anak, kerabat, dan keluarga yang mengingat dan mendoakan mereka. Keluarga mereka (yang hidup) memberikan shodaqoh untuk mereka di setiap hari jum’at. Keluarga mereka selalu mengirimkan doa dan kebaikan kepada mereka disini. Sesungguhnya aku dulu sebelum meninggal, aku pergi melaksanakan ibadah haji bersama ibuku. Namun dalam perjalanan, saat kami sampai di kota Mesir, hukum Allah pun turun kepadaku (meninggal). Kemudian Ibuku menguburku di kuburan ini. Sedangkan ibuku saat ini telah menikah dengan orang lain, ia lupa kepadaku, ia pun tidak pernah mendoakanku dan mengirimkan shodaqoh kepadaku. Dan dalam setiap waktu sampai saat ini pun aku selalu dalam keadaan sedih dan gelisah”.
Syekh Tsabit Al-Banany bertanya lagi “Wahai pemuda, ceritakan kepadaku dimana tempat tinggal dan rumahmu ? Aku akan menceritakan tentang keadaanmu kepada ibumu”. Pemuda itu menjawab lagi “Wahai imam orang-orang muslim, rumahku ada di kota ini desa ini dan kampung ini. Ceritakanlah keadaanku kepada ibuku. Jika dia tidak mempercayaimu, tolong katakan kepadanya bahwa aku masih mempunyai 100 mistqol perak yang menjadi hakku atas warisan ayahku. Mungkin itu yang menjadi bukti atas kebenaran kabar tentangku”.
Sesaat setelahnya, Syekh Tsabit Al-Banany pun terbangun dari tidurnya. Beliau pun segera mencari tempat tinggal ibu pemuda itu. Dan setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Syekh Tsabit Al-Banany pun menemukan rumah ibu pemuda dalam mimpi beliau.
Beliau segera menemui ibu pemuda itu dan menceritakan keadaan anaknya seperti dalam mimpi beliau. Karena merasa terkejut, ibu pemuda itu pun terjatuh dan pingsan saat mendengar kabar yang beliau ceritakan.
Sesaat setelah ibu pemuda itu tersadar dan bangun, ia segera memberikan 100 mitsqol perak kepada beliau “Aku memasrahkan 100 mitsqol perak ini kepadamu untuk anakku yang meninggal dalam perjalanan haji”. Beliau pun menyodaqohkan perak tersebut untuk pemuda dalam mimpi beliau.
Suatu saat di malam jum’at yang lain, saat Syekh Tsabit Al-Banany berziarah dan bermunajah, atas izin Allah, rasa kantuk pun menghanyutkan beliau kembali ke dalam mimpi. Beliau bertemu dengan pemuda dalam mimpi sebelumnya dengan mengenakan pakaian yang termewah dan terbagus. Dengan wajah yang amat riang dan gembira, pemuda itu menemui beliau dan berkata “Wahai imam orang-orang muslim, semoga Allah memberikan mengasihimu sebagaimana kamu mengasihiku”.
Kesimpulan :
Kisah di atas membuktikan kebenaran tentang alam kubur, manusia yang memasuki alam kubur sebelum hari akhirat, siksa dan nikmat kubur, mendoakan dan memberikan shodaqoh untuk orang yang telah meninggal, serta begitu berharapnya manusia yang telah meninggal akan pertolongan mereka yang masih hidup.
Dari kisah tersebut menunjukkan bahwa kita yang masih hidup masih bisa memberikan kebaikan bagi mereka yang telah meninggal, baik dengan doa, shodaqoh, atau ilmu. Kisah tersebut juga membuktikan betapa bermanfaatnya budaya islam di jawa seperti tahlilan, selametan, dan kirim doa untuk orang yang meninggal. Manfaat doa, shodaqoh, dan selametan dari yang masih hidup untuk yang sudah meninggal.
Sumber : Kitab Mawaidhul Ush’furiyyah, Hal. 14-15.
Penulis : Syekh Muhammad bin Abi Bakar.