Kisah Bahram Majusi, Penyembah Api Ini Mendapat Ridlo Allah Karena Shodaqoh
PelangiBlog.Com – Dermawan atau suka memberi merupakan salah satu sifat yang amat terpuji. Tidak semua orang bisa memiliki sifat ini, karena watak manusia memang enggan untuk mengeluarkan hartanya untuk orang lain. Padahal sifat ini begitu mulia, Rosulullah SAW bersabda :
السَّØ®ِÙŠُّ Ù‚َرِÙŠْبٌ Ù…ِÙ†َ اللهِ، Ù‚َرِÙŠْبٌ Ù…ِÙ†َ النَّاسِ، Ù‚َرِÙŠْبٌ Ù…ِÙ†َ الْجَÙ†َّØ©ِ، بَعِÙŠْدٌ Ù…ِÙ†َ النَّارِ، ÙˆَالْبَØ®ِÙŠْÙ„ُ بَعِÙŠْدٌ Ù…ِÙ†َ اللهِ، بَعِÙŠْدٌ Ù…ِÙ†َ النَّاسِ، بَعِÙŠْدٌ Ù…ِÙ†َ الْجَÙ†َّØ©ِ، Ù‚َرِÙŠْبٌ
Ù…ِÙ†َ النَّارِ
Artinya :"Orang yang dermawan (suka memberi) dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir, jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka".
Nah, untuk menjelaskan betapa pentingnya sifat ini bagi kehidupan kita, mungkin kisah Syekh Abdullah bin Mubarrak dan Bahram Al Majusi berikut ini akan menjadi renungan dan pembelajaran berharga bagi kita semua :
Diceritakan, pada suatu tahun dari beberapa tahun, Syekh Abdullah bin Mubarrak melaksanakan ibadah haji. Saat Beliau berada di Hajar Ismail, dan melakukan beberapa amal ibadah, beliau tertidur dan bermimpi bertemu Rosulullah SAW.
Rosulullah SAW memberi pesan kepada beliau “Wahai Abdullah bin Mubarok, ketika kamu kembali dari ibadah hajimu pergilah ke Kota Baghdad. Kemudian datanglah ke tempat ini dan ini (tak disebutkan nama tempatnya) dan temuilah Bahram Al-Majusi (Majusi adalah sebutan bagi penyembah api), sampaikan salamku padanya dan katakan bahwa Allah ridlo padamu”.
Tak lama kemudian Syekh Abdullah bin Mubarok terbangun dan berdoa “La haula wala kuwwata illa billahil a’liyyil adzim, mimpi ini mungkin datang dari setan”. Sejenak Beliau berpikir bahwa tidak mungkin Allah dan rosul-Nya sangat bahagia dan ridlo kepada seorang penyembah api.
Syekh Abdullah bin Mubarrak kemudian mengambil air wudlu dan kembali melakukan thowaf di ka’bah. Tetapi atas kehendak Allah, Beliau tertidur dan bermimpi seperti mimpi sebelumnya. Dan kejadian itu berlangsung sampai tiga kali berturut-turut.
Seusai melaksanakan ibadah haji, Syekh Abdullah bin Mubarrak segera pergi ke Kota Bagdad untuk menemui Bahram Al Majusi. Dan setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Syekh Abdullah bin Mubarrak sampai di Kota Bagdad, tepat di daerah yang telah disebut Rosulullah SAW dalam mimpi.
Beliau bertanya-tanya kepada orang-orang dan ditunjukkanlah tempat tinggal Bahram Al-Majusi kepada Beliau. Bahram Al Majusi ternyata adalah seorang kakek tua penyembah api yang cukup terkenal di sana.
Ketika bertemu dengan Bahram Al Majusi, Syekh Abdullah bin Mubarrak lantas bertanya padanya“Apakah engkau yang bernama Bahram Al-Majusi ?. Kakek tua tersebut menjawab “Benar”.
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun mencoba untuk mengobrol dan saling mengenal satu sama lain. Tak lama, Beliau pun menanyakan maksud kedatangan Beliau menemuinya “Kebaikan apa yang sudah kamu kerjakan selama ini ?”
Bahram Al-Majusi menjawab “Aku meminjamkan uang kepada orang-orang dengan bunga pembayaran (rentenir) dan bagiku ini adalah suatu kebaikan”.
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun membalas dan bertanya lagi “Ini adalah suatu pekerjaan haram bagi ajaran Rosulullah SAW. Apakah ada kebaikan lain selain ini ?”.
Bahram Al-Majusi menjawab “Tentu, aku memiliki empat anak perempuan dan empat anak laki-laki kemudian aku menikahkan mereka (pernikahan sesama saudara)”
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun membalas dan bertanya lagi “Ini juga haram. Apakah ada kebaikan selain ini ?”.
Bahram Al-Majusi menjawab lagi “Tentu, aku menjadikan pesta yang besar pada pernikahan anak-anakku”.
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun membalas dan bertanya lagi “Ini juga haram. Apakah ada kebaikan lain selain ini ?”.
BahramAl-Majusi menjawab “Tentu, aku memiliki seorang anak perempuan yang cantik kemudian aku menikahinya dan menjadikan pesta meriah pada pernikahanku, yang dihadiri lebih dari seribu orang majusi”.
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun membalas dan bertanya lagi “Tidak, ini adalah suatu perbuatan haram. Apakah ada kebaikan lain selain ini ?”.
Bahram Al-Majusi menjawab “Pada malam pertama aku menjamah anakku, datang seorang perempuan muslim dari agamamu. Ia menyalakan lampu dirumahku, lalu keluar dan mematikan lampu itu. Untuk kedua kalinya, ia datang lagi dan menyalakan lampu, lalu keluar dan mematikan lampu. Dan untuk ketiga kalinya, ia pun datang lagi dan menyalakan lampu, lalu keluar dan mematikannya, aku berkata pada diriku “mungkin wanita ini adalah seorang pencuri yang sedang memata-matai”. Aku mencarinya dan mengikutinya dari belakang sampai ia kembali kerumahnya. Aku mengintip dari celah-celah rumahnya, disana aku melihat empat anak, mereka berkata “Ibu, apakah engkau pulang dengan sesuatu untuk dimakan, kami sudah tidak kuat menahan lapar”. Perempuan itu meneteskan air mata dan berkata kepada anak-anaknya “Wahai anak-anakku, aku malu pada tuhanku untuk meminta sesuatu kepada selain Dia, apalagi meminta sesuatu kepada musuh-Nya, (orang majusi)”. Ketika mendengarnya, aku segera pulang ke rumah. Aku mengambil wadah makanan dan memenuhinya dengan berbagai makanan. Kemudian aku pergi menuju rumah perempuan itu seorang diri dan memberikan makanan-makanan itu pada mereka. Mereka sangat senang karena itu”.
Syekh Abdullah bin Mubarrak pun berkata “Ini adalah suatu kebaikan yang amat mulia. Aku akan memberi berita baik kepadamu. Ketika melaksanakan ibadah haji, aku bermimpi bertemu Rosulullah SAW. Beliau menitipkan salam dan berkata bahwa Allah sangat ridlo kepadamu”.
Entah apa yang terjadi, tetapi sungguh sangat mengejutkan setelah Bahram Al-Majusi mendengar berita dari Syekh Abdullah bin Mubarrak. Bahram Al Majusi berikrar kepada Allah di tempat itu pula “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammdan abduhu wa rosuluh”.
Lagi-lagi keanehan pun terjadi, seketika itu setelah Bahram Al Majusi berikrar dan memeluk agama islam, ia terjatuh dan meninggal dunia dalam keadaan khusnul khatimah, sungguh akhir hidup yang mulia bagi kakeh yang sudah menghabiskan hidupnya untuk mengabdi kepada api.
Lantas, Syekh Abdullah bin Mubarrak pun tidak meninggalkannya sampai Beliau memandikan, mengkafani dan mensholatinya.
Setelah menceritakan kisah ini, Syekh Abdullah bin Mubarok berpesan “Wahai hamba-hamba Allah, berbuat dermawanlah kepada makhluk Allah Ta’ala, karena sesungguhnya perbuatan itu bisa mengubah musuh pada derajat kekasih. Bagi Allah kerajaan bumi dan langit, semoga Allah mengampuni kita atas hak nama-nama-Nya yang agung dan atas menghormati para nabi”
Semoga Allah senantiasa memberi rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa beristiqomah dijalan-Nya dan terjaga dari perbuatan yang fasiq…amiin Ya Arhamar Rohimin !!!
Sumber kisah : Kitab Durrotun Nashihin, bab ke 20.
Penulis : Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawi.
Baca juga :
Tags:
Kisah teladan