Babul Ilmi, Kisah Ali bin Abi Thalib Menjawab 10 Pertanyaan Orang Khawarij
PelangiBlog.Com - Sahabat Ali bin Abi Thalib adalah salah satu dari Khulafaur Rasyidin (para pemimpin yang diberi petunjuk) yang terkenal sebagai seorang miskin di antara para sahabat Rosulullah SAW, meskipun demikian sahabat Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang pandai, cerdas, dan berilmu. Hal ini dibuktikan dari sabda Rosulullah SAW sebagaimana berikut ini :
اَÙ†َا Ù…َدِÙŠْÙ†َØ©ُ الْعِÙ„ْÙ…ِ ÙˆَعَÙ„ِÙŠُّ بَابُÙ‡َا
Artinya :“Aku adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya”
Waktu pun terus berputar tanpa henti, Rosulullah SAW dan 3 Khalifah Khulafaur Rosyidin pun telah berlalu oleh waktu dan menghadap kepada Allah SWT. Saat itu pemerintahan khalifah dipegang oleh Khalifah Ali bin Abi Tholib. Namun, timbul beberapa konflik internal yang menimbulkan persengketaan diantara kaum muslimin.
Perang Waqiatul Jamal, perang yang terjadi antara Khalifah Ali bin Abi Tholib dan Aisyah istri Rosulullah SAW karena beberapa hasutan yang dilontarkan kepada Aisyah, perang ini dimenangkan oleh Kholifah Ali bin Abi Tholib.
Perang Shifin, perang yang terjadi antara Khalifah Ali bin Abi Tholib dan Muawiyyah yang mencoba merebut kekuasaan Kholifah Ali bin Abi Tholib. Perang ini pun dimenangkan oleh Khalifah Ali bin Abi Tholib. Karena kalah dalam perang, pihak muawiyyah pun membuat siasat untuk berdamai sehingga timbullah pro-kontra dipihak Khalifah Ali bin Abi Tholib.
Khalifah Ali bin Abi Tholib adalah kholifah yang lemah lembut dan penyayang sehingga beliau memilih berdamai dengan Muawiyyah. Nah, karena perbedaan pendapat dan prinsip dalam menyikapi siasat Muawiyyah, pihak Khalifah Ali bin Abi Tholib pecah menjadi dua aliran, yaitu aliran Syiah (aliran yang setia dengan Kholifah Ali bin Abi Tholib dan seolah-olah mendewakan beliau) dan aliran Khowarij (aliran yang keluar dari Kholifah Ali bin Abi Tholib karena keluguan beliau terhadap pihak Muawiyyah).
Untuk mengetahui bagaimana jalannya peperangan sehingga menyebabkan Kholifah Ali bin Abi Tholib terbunuh, silahkan browsing di internet atau membaca buku-buku sejarah tentang perang shifin.
Nah, kembali pada tema kisah kali ini. Ketika aliran Khowarij mendengar hadist Rosulullah SAW di atas bahwa Rosulullah SAW adalah kota ilmu dan Khalifah Ali bin Abi Tholib sebagai pintu kota tersebut, mereka sangat iri dan dengki.
Kemudian para pembesar-pembesar aliran Khowarij berkumpul dan mengadakan rapat. Mereka mengatakan “Kita akan bertanya kepada Ali bin Abi Tholib satu pertanyaan dan bagaimana ia akan menjawab. Jika ia menjawab dengan jawaban yang berbeda maka pantaslah kita mengakui bahwa ia seorang yang pandai !!!”.
Orang Khawarij Pertama :
Beberapa waktu kemudian datanglah seorang dari golongan mereka kepada khalifah Ali bin Abi Tholib dan bertanya “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Thalib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Thalib pun menjawab “Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Qorun, Syaddad, Fir’aun dan sebagainya.”. Mendengar jawaban tersebut penanya pertama pun segera pergi dengan puas atas jawaban tersebut.
Orang Khawarij Kedua :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu bisa menjagamu. Sedangkan harta, kamulah yang menjaganya.”. Mendengar jawaban tersebut penanya kedua pun segera pergi dengan puas.
Orang Khawarij Ketiga :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib seperti pertanyaan orang pertama dan kedua. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Orang yang mempunyai harta, ia memiliki banyak musuh. Sedangkan orang yang berilmu, ia memiliki banyak teman.”. Mendengar jawaban tersebut penanya ketiga pun segera pergi.
Orang Khawarij Keempat :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Jika kamu membelanjakan harta, maka harta itu akan berkurang. Tetapi jika kamu membelanjakan ilmu, maka ilmu itu akan semakin bertambah”. Mendengar jawaban tersebut penanya keempat pun segera pergi.
Orang Khawarij Kelima :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Pemilik harta dipanggil dengan sebutan kikir dan pelit. Sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan mulya dan agung.”. Mendengar jawaban tersebut penanya kelima pun segera pergi.
Orang Khawarij Keenam :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Harta selalu dijaga dari seorang pencuri. Tetapi ilmu tidak pernah dijaga dari seorang pencuri”. Mendengar jawaban tersebut penanya keenam pun segera pergi.
Orang Khawarij Ketujuh :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Pemilik harta akan dihisab dan diperhitungkan atas hartanya kelak di hari kiamat. Sedangkan pemilik ilmu, ia akan mendapat syafa’at di hari kiamat.”. Mendengar jawaban tersebut penanya ketujuh pun segera pergi.
Orang Khawarij Kedelapan :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Harta akan habis sepanjang masa dan hancur sesuai perjalanan waktu. Sedangkan ilmu tidak pernah habis dan tidak akan hancur.”. Mendengar jawaban tersebut penanya kedelapan pun segera pergi.
Orang Khawarij Kesembilan :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Harta menjadikan hati keras. Sedangkan ilmu dapat menyinari hati.”. Mendengar jawaban tersebut penanya kesembilan pun segera pergi.
Orang Khawarij Kesepuluh :
Kemudian datang lagi orang khawarij lainnya dan bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”. Khalifah Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Harta membuat pemiliknya merasa seolah seperti tuhan karena harta yang dimilikinya. Sedangkan pemilik ilmu merasa ia adalah seorang hamba. Jika kamu semua bertanya kepadaku tentang hal ini, maka selama aku hidup, aku akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda.”. Mendengar jawaban tersebut penanya kesembilan pun segera pergi.
Mendengar semua jawaban berbeda dari Khalifah Ali bin Abi Thalib, mereka merasa puas dan sadar bahwa apa yang sudah mereka lakukan adalah salah. Kemudian, mereka menemui Khalifah Ali bin Abi Thalib dan memasrahkan diri kepada Beliau.
Sumber : Kitab Mawaidzul Ush'furiyyah
Penulis : Syekh Muhammad bin Abi Bakar, Hadist keempat.
Tags:
Kisah teladan