Kisah Qarun dan Hartanya Ditelan Bumi Atas Perintah Nabi Musa
Qarun adalah umat Nabi Musa as, sekaligus putra dari paman Beliau (sepupu), dia juga adalah keturunan Nabi Ibrahim as dengan nama lengkap Qarun bin Yash’har bin Qahist bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim.
Qarun dianugerahi oleh Allah SWT dengan banyak kelebihan dibandingkan dengan orang-orang di masanya. Dan di antara kelebihan Qarun adalah kecerdasan dan telah hafal Kitab Taurat di luar kepala. Tak hanya cerdas, tetapi Qarun juga sangat pandai mengais rizki.
Qarun memiliki harta yang sangat berlimpah yang disimpan dalam gudang-gudang. Saking banyaknya harta, beberapa ulama’ berpendapat bahwa butuh 60 keledai untuk bisa mengangkut semua kunci dari setiap gudang penyimpanan hartanya, padahal setiap kunci tidak lebih besar dari satu jari manusia.
Namun, kecerdasan dan banyaknya harta kekayaan yang dimiliki Qarun tidak membuatnya turut membantu perjuangan Nabi Musa as. Justru sebaliknya, Qarun malah merasa bakhil, dengki, dan durhaka kepada Nabi Musa, tak segan-segan Qarun pun sering menghasut Nabi Musa as, bahkan dia turut membantu Raja Fir’aun untuk mengalahkan Nabi Musa as.
Nah, ketika Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Musa as untuk mengeluarkan zakat atas harta penduduk Bani Israil, yaitu seperempat dari harta mereka, lagi-lagi Qarun berusaha keras untuk menghasut Nabi Musa dengan mengatakan kepada penduduk Bani Israil “Sesungguhnya Musa hanya ingin mengambil harta kalian”.
Tentu saja sebagian dari mereka pun ada yang ikut terpengaruh dengan hasutan itu, dan sebagian lain pun masih teguh mengikuti ajaran Nabi Musa. Tak henti-hentinya Qarun pun terus menerun mesnghasut dan menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa as.
Pada suatu ketika, Qarun berencana untuk menebarkan fitnah besar yang bisa meruntuhkan Nabi Musa as. Qarun pun menyuruh kepada pengikutnya “Datangkanlah kepadaku seorang wanita pelacur, sehingga dia bisa melemparkan tuduhan kepada Musa atas dirinya”.
Beberapa saat kemudian, didatangkanlah seorang wanita pelacur kepada Qarun. Kemudian, Qarun memberikan uang 1000 dinar kepadanya sambil berkata “Katakan di hadapan semua orang bahwa Musa telah menyetubuhiku, sedangkan saat ini aku sedang hamil”. Wanita pelacur itu pun hanyut oleh iming-iming Qarun dan bersedia melaksankan apa yang dia minta.
Di hari id penduduk Bani Israil (hari perayaan besar Bani Israil), Qarun mengumpulkan penduduk Bani Israil dan juga Nabi Musa beserta kaum Beliau dalam suatu tempat. Dan di hadapan semua orang Qarun bertanya kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa, berikanlah kami nasehat atas penebusan bagi orang yang melakukan kejahatan”.
Nabi Musa as pun menjawab dengan suara yang tidak begitu keras “Barang siapa mencuri, maka kami akan memotong tangannya. Barang siapa menuduh, maka kami akan menjilidnya (memukulinya). Barang siapa berzina muhshan, maka kami akan merajamnya”
Qarun pun menyela pembicaraan Nabi Musa as, “Meskipun jika orang itu adalah kamu, wahai Musa ?”. Dan Nabi Musa as pun menjawab dengan tegas, “Ya, meskipun jika itu aku”.
Qarun pun menyela pembicaraan Nabi Musa as kembali, “Wahai Musa, sesungguhnya Bani Israil menganggap bahwa kamu telah berzina dengan wanita pelacur”. Kemudian, Nabi Musa pun menjawab, “Panggilkan dia ke hadapanku”.
Tak lama kemudian, wanita penzina pun didatangkan ke hadapan Nabi Musa as, sedangkan Beliau menyumpah wanita itu, “Demi Dzat yang telah menciptakanmu, menciptakan lautan, dan menurunkan Kitab Taurat, katakan dengan sebenarnya !!!”.
Pada saat itu, Allah menurunkan hidayah kepada wanita pelacur itu, sehingga ketakutannya kepada Allah dan rosul-Nya membuatnya berkata jujur, “Sesungguhnya Qarun telah memberiku uang 1000 dinar agar aku melemparkan tuduhan atas diriku kepadamu. Dan aku begitu takut kepada Allah jika aku menuduh rosul-Nya”.
Nabi Musa as pun tersingku dan bersujud sambil menangis memohon pertolongan kepada Allah SWT, “Wahai Tuhanku, jika aku adalah nabimu yang hak, maka berilah pertolongan kepadaku”.
Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa as, “Sesungguhnya Aku telah menjadikan bumi tunduk atas perintahmu, maka perintahlah dia sesukamu”.
Nabi Musa as pun bangkit dan berkata tegas, “Barang siapa yang bersama Qarun, maka tetaplah bersamanya. Dan barang siapa bersamaku, maka menyingkirlah darinya”. Mendengar perkataan Nabi Musa as, orang-orang Bani Israil pun menyingkir dari sisi Qarun kecuali dua orang.
Kemudian, Nabi Musa as pun berkata tegas, “Wahai bumi, telanlah mereka (Qarun dan dua pengikutnya) !”. Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai lutut mereka.
Nabi Musa as berkata untuk kedua kalinya, “Wahai bumi, telanlah mereka !”. Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai pusar mereka, sedangkan Qarun dan dua pengikutnya meminta belas kasihan Nabi Musa as.
Nabi Musa as berkata untuk ketiga kalinya, “Wahai bumi, telanlah mereka”. Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai leher mereka, sedangkan Qarun dan dua pengikutnya meminta belas kasihan Nabi Musa as.
Namun, dikarenakan kedengkian dalam Qarun dan dua pengikutnya, kemarahan Nabi Musa as membuat Beliau tidak mempedulikannya. Nabi Musa as berkata untuk keempat kalinya, “Wahai bumi, telanlah mereka !”. Atas perintah Nabi Musa as, perlahan bumi pun menelan seluruh badan ketiganya, sedangkan ketiganya meminta belas kasihan Nabi Musa as.
Dalam situasi seperti itu, banyak orang dari Bani Israil saling berbisik, “Sesungguhnya Musa mendoakan Qarun agar dia bisa mewarisi rumah dan gedung hartanya”. Nabi Musa yang mendengar bisikan Bani Israil itu kemudian berkata untuk yang terakhir kalinya, “Wahai bumi, telanlah rumah dan semua harta milik Qarun !”.
Tiada yang mampu membatalkan kekuasaan Allah SWT, Dia menenggelamkan Qarun, pengikut, dan harta kekayaannya ke dalam bumi sebagai pembelajaran untuk umat Nabi Musa as yang lain dan juga umat-umat setelahnya.
Dan sampai sekarang pun kisah Qarun menjadi pelajaran unik dan berharga bagi kita semua agar kita tidak haus akan kekayaan dunia dan melalaikan perintah Allah SWT. Bahkan, nama “Qarun” pun dikenal bagi mereka yang menemukan harta terkubur dengan sebutan “Harta Karun”.
Sumber : Kitab Durrotun Nashihin, Bab ke-24.
Penulis : Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawi.
Tags:
Kisah teladan