Inilah Akibat Menyusahkan Orang Melarat, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur adalah pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Beliau adalah sosok kyai alim dan berkarisma di mata masyarakat, khususnya masyarakat lamongan.
Sebagai sosok kyai panutan umat, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur senantiasa berjuang gigih dalam mempertahankan serta mengembangkan ajaran-ajaran islam, mendidik ribuan santri serta masyarakat tentang pentingnya sebuah aqidah dan akhlaq.
Nah, berikut ini ada sebuah kisah menarik tentang akibat menyusahkan hati orang melarat nan miskin, yang sering dikisahkan oleh Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur kepada para santri sekaligus masyarakat umum dalam pengajian beliau yang disiarkan melalui radio Persada FM.
Kurang lebih 17 tahun silam, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur kedatangan seorang tamu yang mengaduh sebuah masalah pada beliau. Terlihat sekilas, tamu tersebut diperkirakan termasuk orang yang kurang mampu.
Dalam masa sowan tersebut, tamu itu mengeluh kepada Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur atas kesusahan yang sedang dilanda. Dia memelihara 2 ekor sapi yang dinanti-nanti sebagai harta yang paling disayangi, namun tiada sangka 2 ekor sapi tersebut pun hilang dimaling orang.
Turut prihatin, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur pun menghibur tamu tersebut untuk tetap sabar dan tabah. Selang beberapa saat, tamu itu pun pulang dan masih meratapi nasib.
Tiga hari kemudian setelah tamu itu sowan, seorang lurah dari desa Kemantren, Paciran, Lamongan (lurah dari desa tamu itu) berkunjung untuk sowan kepada Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur. Keduanya sudah saling kenal dan akrab.
Lurah itu mengatakan bahwa tamu yang sowan 3 hari lalu sedang dalam kondisi stress dan depresi berat. Hal itu dikarenakan perasaan tidak mampu menerima kenyataan dengan lapang, sedih bercampur susah.
Selang beberapa hari kemudian, terdengar kabar menghebohkan bahwa tamu yang dulu sowan itu meninggal dunia, kesedihan berat yang berujung pada kematian.
Melanjutkan kisah dari Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, 4 tahun setelah kejadian itu, datang pula seorang tamu lain yang sowan kepada beliau. Tamu ini berasal dari desa yang sama, Desa Kemantren Lor, dia juga mengeluhkan sebuah masalah berat kepada beliau.
Dalam masa sowan tersebut, tamu itu mengeluh kepada Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur bahwa dia menderita penderitaan tiada ujung, yang berujung pada penyakit (Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur tidak menyebutkan jenis penyakitnya) di mana pengobatan dokter, tabib, dan dukun tidak mempu mengatasi penyakit itu.
Berdasarkan keluhan tamu itu, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur merasakan keanehan kemudian dilanjutkan bertanya, “Kamu pernah melakukan kesalahan besar apa di masa lalu ?”.
Berpikir sejenak, tamu tersebut pun mengungkapkan kesalahan besar yang telah dilakukannya di masa lalu kepada Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, “Saya pernah mencuri 2 ekor sapi milik tetangga saya, dia sampai gila dan tak lama dia meninggal dunia”.
Cukup kaget, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur pun baru sadar bahwa tamu kali inilah yang telah mencuri 2 ekor sapi 4 tahun silam.
Dalam pengajiannya, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur juga mengatakan, “Kesusahan karena telah menyusahkan orang yang susah biasanya tidak ada obatnya. Maling yang pintar pasti tidak akan berani maling harta milik orang melarat, orang sudah melarat kok ditambah mlarat, karmanya lebih besar. Berbeda lagi, orang yang punya 50 ekor sapi dimaling 2 ekor, ya tidak begitu susah karena masih punya 48 ekor. Kamu maling uangku, aku ya tidak susah karena masih punya banyak uang”.
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur juga menambahkan, “Karma itu adalah sunnatullah, pasti terjadi, kamu menyusahkan hati orang maka suatu saat kamu akan mendapatkan kesusahan”.