Kisah Sahabat Alqomah, Beratnya Sakaratul Maut Karena Menyakiti Hati Ibu
Orangtua, khususnya ibu, ibarat tuhan nyata di dunia, pasalnya ridlo Allah SWT tergantung pada ridlo kedua orangtua, dan murka Allah SWT tergantung pada murka kedua orangtua. Hal ini sesuai dengan hadist dan kisah berikut ini :
رِضَا اللهِ فِيْ رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ
“Ridlo Allah ada di dalam ridlo kedua orangtua, dan murka Allah ada di dalam murka kedua orangtua”.Dikisahkan dari Sahabat Anas bin Malik ra, bahwa pada masa Rosulullah SAW ada seseorang yang bernama Alqomah, dia adalah orang yang banyak berijtihad (suka bekerja) dan banyak bershodaqoh.
Pada suatu hari, dia terbaring sakit karena penyakitnya yang parah. Kemudian, istri sahabat Alqomah datang menemui Rosulullah SAW dan berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya suamiku sedang dalam keadaan naza’ ruh (terlepasnya ruh), maka aku berkeinginan untuk memberitahumu tentang keadaanya”.
Rosulullah SAW pun mengajak para sahabat, “Berangkatlah kalian bersamaku kepadanya”. Maka tatkala Rosulullah SAW dan para sahabat datang menjenguknya, Rosulullah SAW berkata kepadanya, “Wahai Alqomah, bagaimana keadaanmu ?”. Namun, Sahabat Alqomah tidak berbicara sepatah katapun, maka Rosulullah mengetahui bahwa sahabat Alqomah telah dekat pada waktunya.
Kemudian Rosulullah SAW menalqin Sahabat Alqomah dengan kalimat syahadat, namun dia tidak berbicara sepatah katapun. Sampai-sampai Rosulullah SAW mengulang talqin syahadat berkali-kali kepada Sahabat Alqomah, namun dia masih saja tidak berbicara sepatah katapun. Dari situlah Rosulullah SAW mengetahui adanya keganjilan pada sahabat Alqomah.
Rosulullah SAW pun berkata, “Apakah dia memiliki ayah ?”. Para sahabat pun menjawab pertanyaan Beliau, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya ayahnya telah meninggal, dan sesungguhnya dia memiliki ibu yang sudah tua umurnya”.
Rosulullah SAW pun menyuruh para sahabat untuk memanggil ibu sahabat Alqomah. Sesaat kemudian, ibu sahabat Alqomah pun didatangkan di hadapan Rosulullah SAW, kemudian Beliau berkata, “Wahai ibu Alqomah, bagaimana keadaan Alqomah (prilaku dalam kesehariaannya) ?”.
Ibu sahabat Alqomah pun menjawab, “Wahai Rosulullah, dia berpuasa, bershodaqoh, melaksanakan sholat, dan dia adalah orang yang melakukan kebaikan, tetapi aku murka kepadanya, karena sesungguhnya dia lebih mementingkan istrinya daripada ibunya”.
Lantas, Rosulullah SAW pun berkata kepada para sahabat, “Berangkatlah dan kumpulkanlah kayu sehingga aku membakarnya dengan api !”.
Mendengar perkataan yang mengejutkan itu, sang ibu pun segera berkata, “Wahai Rosulullah, jangan lakukan itu kepada anak dan buah hatiku !”.
Rosulullah SAW pun berkata, “Maka siksa Allah lebih berat, sesungguhnya Allah Ta’ala tidak ridlo kecuali dengan ridlomu. Dan Allah tidak akan menerima sholat, puasa, dan shodaqohnya selama kamu masih memurkainya”.
Sang ibu pun berkata, “Wahai Rosulullah, aku bersaksi kepada Allah dan aku bersaksi kepadamu, bahwa sesungguhnya aku telah ridlo kepadanya !”.
Kemudian, Rosulullah SAW pun menghampiri Sahabat Alqomah dan menalqin kalimat syahadat kepadanya. Sahabat Alqomah pun berbicara dengan kalimat syahadat itu secara perlahan dan meninggal pada saat itu pula.
Lekas para sahabat pun memandikan, mengkafani, menyolati, dan memendam Sahabat Alqomah ke dalam liang kubur. Kemudian Rosulullah SAW berdiri di pinggir kuburnya seraya memberikan peringatan bagi para pendurhaka orangtua, “Wahai golongan sahabat Muhajirin dan sahabat Anshor, dari keutamaan istri mengalahkan ibunya, Allah tidak menerima darinya ibadah fardlu dan ibadah sunnah”.
Dari kisah ini semoga bisa memberikan pelajaran berharga kepada kita semua bahwa ridlo Allah SWT itu tergantung pada ridlo kedua orangtua, dan murka Allah SWT tergantung pada murka kedua orangtua, khususnya ibu. Jangan pernah menyakiti hati seorang ibu, apalagi sampai durhaka kepadanya.
Sumber : Kitab Tanqihul Qoul, Bab ke-30, Berbuat Baik Kepada Kedua Orangtua
Penulis : Imam Nawawi Al-Banteni
Tags:
Kisah teladan