Pengertian dan Macam-Macam Hadits (Qouliyah, Fi'liyah, Taqririyah dan Sifat)
Hadits merupakan sumber utama setelah kitab suci Al-Qur'an bagi umat islam. Sebagai sumber hukum, tentu saja hadits berperan dalam menggali hukum-hukum agama islam yang dijadikan patokan, pedoman, dan hujjah.
Pengertian Hadits
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat beliau.
Dari definisi tersebut, maka kita mengetahui bahwa apa pun yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan beliau, merupakan sebuah pedoman yang dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan sesuai dengan syariat agama islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu" (Al-Ahzab : 21).
Macam-Macam Hadits
Jika ditinjau berdasarkan definisi hadits di atas, maka hadits terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Hadits Qouliyyah
Secara bahasa "qoul" berarti ucapan dan perkataan, sedangkan hadits qouliyyah berarti hadits yang disandarkan dari perkataan atau sabda Nabi Muhammad SAW/
Contoh hadits qouliyyah :
عَنْ اَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ زَارَ عَالِمًا فَقَدْ زَارَنِيْ وَمَنْ زَارَنِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ اَجْرُ شَهِيْدٍ
"Dari Sahabat Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang mengunjungi orang yang alim, maka dia benar-benar telah mengunjungiku. Dan barang siapa telah mengunjungiku, maka wajib baginya syafa'atku dan baginya setiap langkah adalah pahala orang yang mati syahid".
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللِّٰه صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنِّيْ لَا اُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنَبٍ - رواه ابو داود وصححه ابن خزيمة
“Dari Siti Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid (dimasuki dan berdiam diri) bagi wanita haid dan orang yang junub - HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah".
Hadits tersebut menunjukkan mengenai sabda atau perkataan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai pedoman, dasar, dan hujjah. Jadi, setiap apapun sabda atau perkataan Nabi Muhammad SAW merupakan dasar pedoman dan sumber hukum bagi setiap muslim, karena tak mungkin Beliau mengatakan sesuatu yang sia-sia, perkataan kotor, atau bahkan dusta.
2. Hadits Fi'liyyah
Secara bahasa "fi'il" berarti perbuatan dan tindakan, sedangkan hadits fi'liyyah bearti hadits yang disandarkan dari perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad SAW
Contoh hadits fi'liyyah :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللِّٰه صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِيْ تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُوْرِهِ وَفِيْ شَأْنِهِ كُلِّهِ - متفق عليه
"Dari Siti Aisyah ra berkata : Rasulullah SAW membuat heran (selalu melakukan) dengan mendahulukan sisi kanan di dalam memakai sandalnya, menyisir rambutnya, cara bersucinya, dan di dalam setiap keadaannya - Disepakati keshohihan hadits oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim".
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللِّٰه صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ مِنْ اَرْبَعٍ، مِنَ الْجَنَابَةِ، وَيَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَمِنَ الْحِجَامَةِ، وَمِنْ غُسْلِ الْمَيِّتِ - رواه ابو داود وصححه ابن خزيمة
“Dari Siti Aisyah ra berkata : Rasulullah SAW mandi setelah 4 perkara, yaitu mandi janabah, mandi hari Jum'at, mandi setelah bekam, dan mandi setelah memandikan mayit - HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah".
Sebagaimana hadits qouliyyah, maka setiap perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad SAW adalah sebuah hadits yang dijadikan teladan, pedoman, dan sumber hukum tanpa terkecuali.
3. Hadits Taqririyyah
Secara bahasa "taqrir" berarti ketetapan, sedangkan hadits taqririyyah berarti hadits yang disandarkan dari ketetapan Nabi Muhammad SAW. Maksud ketetapan Nabi Muhammad SAW di sini adalah ketika Beliau melihat perbuatan sahabat, namun Beliau tidak memerintahkan dan tidak pula melarang. Ketetapan Rasulullah SAW tersebut menunjukkan bolehnya perbuatan itu.
Contoh hadits taqririyyah :
أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ الَّذِي يُقَالُ لَهُ سَيْفُ اللّٰهِ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَيْمُونَةَ وَهِيَ خَالَتُهُ وَخَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ فَوَجَدَ عِنْدَهَا ضَبًّا مَحْنُوذًا قَدْ قَدِمَتْ بِهِ أُخْتُهَا حُفَيْدَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ مِنْ نَجْدٍ فَقَدَّمَتْ الضَّبَّ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ قَلَّمَا يُقَدِّمُ يَدَهُ لِطَعَامٍ حَتَّى يُحَدَّثَ بِهِ وَيُسَمَّى لَهُ فَأَهْوَى رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ إِلَى الضَّبِّ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْ النِّسْوَةِ الْحُضُورِ أَخْبِرْنَ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَدَّمْتُنَّ لَهُ هُوَ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللّٰهِ فَرَفَعَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَنْ الضَّبِّ فَقَالَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ أَحَرَامٌ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَكِنْ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِيْ فَأَجِدُنِيْ أَعَافُهُ قَالَ خَالِدٌ فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ إِلَيَّ
"Sesungguhnya Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Khalid bin Al Khalid yang juga dijuluki sebagai Saifullah telah mengabarkan kepadanya; Bahwa ia dan Rasulullah Saw pernah menemui bibinya yaitu Maimunah yang juga bibi daripada Ibnu Abbas. kemudian ia mendapati biawak yang telah terpanggang yang dibawa oleh saudara bibinya yakni, Hudzaifah bintu Al Harits dari Najed. Maka Maimunah pun menyuguhkan Biawak itu kepada Rasulullah Saw. Jarang sekali beliau memajukan tangannya untuk mengambil makanan hingga beliau dipersilahkan bahwa makanan itu untuk beliau. Saat itu, Rasulullah Saw menggerakkan tangannya ke arah biawak, lalu seorang wanita yang hadir di situ berkata dan memberitahukan kepada beliau tentang makanan yang telah disuguhkan, "Itu adalah Biawak ya Rasulullah?" Maka seketika itu, Rasulullah Saw segera menarik tangannya kembali dari daging Biawak sehingga Khalid bin Al Walid pun bertanya, "Apakah daging Biawak itu haram ya Rasulullah?" beliau menjawab: "Tidak, akan tetapi daging itu tidak terdapat di negeri kaumku, karena itu aku tidak memakannya." Khalid berkata, "Lalu aku pun menarik dan memakannya. Sementara Rasulullah Saw melihat ke arahku" (HR. Bukhari).
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَتْهُمَا الصَّلَاةُ وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا فَصَلَّيَا ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ بَعْدُ فِي الْوَقْتِ فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ بِوُضُوءٍ وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ فَقَالَ لِلَّذِيْ لَمْ يُعِدْ أَصَبْتَ السُّنَّةَ وَأَجْزَتْكَ صَلَاتُكَ وَقَالَ لِلَّذِي تَوَضَّأَ وَأَعَادَ لَكَ الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ
"Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: "Kamu sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup". Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: "Bagimu pahala dua kali"". (HR. Ad-Darimi).
4. Hadits Sifat
Hadits Sifat merupakan hadits yang disandarkan dari sifat fisik Nabi Muhammad SAW, contoh hadits sifat adalah sebagaimana berikut ini :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُوْنُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ عَنْ أَبِيْ جُحَيْفَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ الْحَسَنُ يُشْبِهُهُ - رواه البخارى
"Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Ismail] dari Sahabat Abu Juhaifah ra, berkata, "Aku melihat Nabi SAW dan Hasan bin Ali mirip dengan Beliau"" (HR-Bukhari)".