Dasar dan Dalil Tentang Adanya Nikmat dan Siksa Kubur
Salah satu hal yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap muslim setelah manusia meninggal dunia adalah kebenaran tentang adanya nikmat dan siksa kubur setelah mereka memasuki alam baru yaitu alam kubur.
Kebenaran tentang adanya nikmat dan siksa kubur sempat diruagukan bahkan diingkari oleh sebagian golongan kaum muslimin, sehingga pantas saja mereka pun mengingkari tentang budaya-budaya islam masyarakat Jawa seperti tahlilan, slametan, dan sebagainya.
Namun, kita sebagai golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah wajib meyakini dan membenarkannya, karena begitulah orangtua, mbah-mbah, para kyai, para wali, para ulama', para madzhab Islam meyakininya, bahkan Nabi SAW beserta para sahabat pun memberikan teladan untuk meyakini kebenaran adanya nikmat dan siksa kubur.
Dasar dan Dalil Al-Qur'an Tentang Nikmat dan Siksa Kubur
Di dalam Al-Qur'an sendiri tidak dijelaskan secara tekstual tentang adanya nikmat dan siksa kubur, namun ada sebagian ayat secara makna kontekstual menjelaskan adanya nikmat dan siksa kubur, sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Mukmin ayat 46 :
النَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras" (Al-Mukmin ayat 46).Dalam Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang ditulis oleh Kyai Nusantara, KH. Ali Maksum, ayat di atas dianalisis menjadi 3 bagian, yaitu bisa jadi siksa yang ditimpa oleh Fir'aun dan keluarganya terjadi di dunia, di alam kubur, dan di akhirat :
Pertama, jika siksa yang diterima oleh Fir'aun dan keluarganya terjadi di dunia, maka ini bukanlah penafsiran ayat tersebut, karena fakta sejarah menunjukkan Fir'aun dan keluarganya tidaklah disiksa di waktu pagi dan petang. Begitu pula halnya, Fir'aun dan keluarganya belum mendapatkan siksa yang sangat pedih.
Kedua, jika siksa yang diterima oleh Fir'aun dan keluarganya terjadi di dunia, maka penafsiran ayat yang tepat adalah pada :
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
"Dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras" (Al-Mukmin ayat 46).Jadi, sudah jelas bahwa kalimat "wayu'rodhuna" tidak terjadi di akhirat, karena lanjutan kalimat itu menunjukkan makna di akhirat.
Ketiga, jika kalimat "wayu'rodhuna" tidak terjadi di dunia dan di akhirat, maka sudah jelas bahwa penafsiran kalimat itu terjadi di alam kubur.
Jadi, kesimpulan dari ketiga analisis sesuai dalam Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah oleh KH. Ali Maksum mengenai penafsiran ayat di atas adalah Fir'aun dan keluarganya ditampakkan siksa di waktu pagi dan petang di dalam alam kubur, kemudian ketika di akhirat mereka akan mendapatkan siksa yang lebih pedih lagi.
Nah, jika di dalam alam kubur terdapat siksa kubur, tentu saja makna sebaliknya mengandung artinya adanya nikmat kubur pula.
Dasar dan Dalil Hadist Tentang Nikmat dan Siksa Kubur
Adapun dasar dan dalil dari hadist yang menjelaskan tentang adanya nikmat dan siksa kubur, mak sangat banyak, sebagaimana berikut ini :
Imam Syaikhon (Imam Bukhari dan Imam Muslim), dan juga Imam Nasa’i meriwayatkan :
اَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَسَمِعَ صَوْتًا فَقَالَ : يَهُوْدُ تُعَذَّبُ فِيْ قَبْرِهَا
“Sesungguhnya Rosulullah SAW keluar setelah terbenamnya matahari, Beliau mendengar suara kemudian Beliau berkata, “Orang yahudi telah disiksa di dalam kuburnya””Imam Muslim meriwayatkan :
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ فِيْ حَائِطٍ لِبَنِى النَّجَّارِ عَلَى بَغْلَتِهِ وَنَحْنُ مَعَهُ، اِذْ حَادَّتْ بِهِ فَكَادَتْ تُلْقِيْهِ وَاِذًا قُبُوْرٌ، فَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يَعْرِفُ اَصْحَابَ هٰذِهِ الْقُبُوْرِ ؟، فَقَالَ رَجُلٌ : اَنَا، فَقَالَ : فَمَتٰى مَاتَ هٰؤُلَاءِ ؟، فَقَالُوْا : مَاتُوْا فِى الْاِشْرَاكِ، فَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ هٰذِهِ الْاُمَّةَ تُبْتَلٰى فِيْ قُبُوْرِهَا فَلَوْلَا اَنْ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللّٰهَ اَنْ يُسْمِعَكُمْ عَذَابَ الْقَبْرِ الَّذِيْ اَسْمَعُ
"Sesungguhnya Nabi SAW suatu ketika Beliau berada di tembok Bani Najar mengendarai keledainya sedangkan kita bersama Beliau, tiba-tiba keledai itu memberontak dan hampir menjatuhkan Beliau, ketika itu berada di kuburan. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Siapa yang mengetahui para penghuni kubur ini ?". Seseorang berkata, "Saya". Kemudian Nabi SAW bertanya, "Bagaimana mereka meninggal dunia ?". Para sahabat menjawab, "Mereka mati dalam keadaan musyrik". Nabi SAW pun berkata, "Sesungguhnya umat ini telah diuji (disiksa) di dalam kuburnya, maka jika saja kalian tidak saling dikubur, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia memberikan pendengaran kepada kalian tentang siksa kubur, yang mana aku telah mendengarnya".Imam Syaikhon (Imam Bukhari dan Imam Muslim), Imam Tirmidzi, Imam Nasa'i, dan Imam Abu Dawud meriwayatkan :
اَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ : اِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ (اَىْ فِيْ نَظْرِ النَّاسِ)، اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ وَاَمَّا الْاٰخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، ثُمَّ دَعَا بِعَسِيْبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ اِثْنَيْنِ فَغَرَسَ عَلَى هٰذَا وَاحِدًا وَعَلَى هٰذَا وَاحِدًا، ثُمَّ قَالَ : لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَالَمْ يَيْبَسَا
"Sesungguhnya Rosulullah SAW melewati dua kuburan, kemudian Beliau berkata, "Sesungguhnya keduanya di siksa, dan keduanya tidaklah disiksa dalam masalah yang besar [Maksudnya dalam penglihatan manusia]. Adapun salah satu dari keduanya maka dia (disiksa karena) berjalan dengan namimah (adu domba), sedangkan yang lainnya maka dia (disiksa karena) tidak menutupi kencingnya. Kemudian Rosulullah SAW mengambil kayu basah, Beliau memotongnya menjadi dua, Beliau menamcapkan pada ini (kuburan satu) dengan satu (potong kayu basah itu) dan pada ini (kuburan lainnya) dengan satu (potong kayu basah lainnya). Kemudian Rosulullah SAW berkata, "Semoga diringankan dari keduanya selama kedua kayu ini tidak kering"".Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Hanik, pelayan Sayyidina Ustman bin Affan ra :
اَنَّ سَيِّدَنَا عُثْمَانَ رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا وَقَفَ عَلٰى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى بَلَّ لِحْيَتُهُ، قِيْلَ لَهُ : اَتَذْكُرُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَلَا تَبْكِى وَتَذْكُرُ الْقَبْرَ فَتَبْكِى ؟ فَقَالَ : اِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : الْقَبْرُ اَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْاٰخِرَةِ، فَاِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ اَيْسَرُ مِنْهُ وَاِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ اَشَدُّ مِنْهُ، وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : مَا رَاَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ اِلَّا وَالْقَبْرُ اَفْظَعُ مِنْهُ
"Sesungguhnya tuan kami, Ustman ra, ketika dia berhenti di atas kubur maka dia menangis sehingga jenggotnya basah. Dikatakan kepadanya : "Mengapa kamu mengingat surga dan neraka tetapi kamu tidak menangis, sedangkan kamu mengingat kubur kemudian kamu menangis ?". Kemudian dia menjawab, "Sesungguhnya aku mendengar Rosulullah SAW bersabda, "Alam kubur adalah tempat awal dari tempat-tempat akhirat. Maka jika seseorang selamat dari alam kubur, maka apa yang sesudahnya lebih mudah daripadanya. Dan jika seseorang tidak selamat dari alam kubur, maka apa yang sesudahnya lebih kejam daripadanya". Dan aku mendengar Beliau bersabda, "Aku tidak pernah melihat pemandangan apapun kecuali alam kubur lebih mengerikan"".Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas dari Baro' bin 'Azib ra, berkata :
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ جَنَازَةٍ فَجَلَسَ فِيْ شَفِيْرِ الْقَبْرِ وَبَكَى وَاَبْكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى، وَقَالَ : اِخْوَانِيْ لِمِثْلِ هٰذَا فَاَعِدُّوْا
"Kami bersama Nabi SAW dalam masalah jenazah, kemudian Beliau duduk di pinggir kubur dan menangis, ikutlah menangis para sahabat, sehingga tanah menjadi basah. Beliau bersabda, "Wahai saudara-saudaraku, seperti halnya ini (penghuni kubur) maka persiapkanlah diri kalian"".Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam Nasa'i meriwayatkan bahwa :
اَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِيْ قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ اَنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ قَرْعِ نِعَالِهِمْ، اِذَا انْصَرَفُوْا عَنْهُ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ؟ فَاَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ : أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُوْلُهُ، فَيُقَالُ : انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللّٰهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ، فَيَقُولُ : لَا أَدْرِيْ كُنْتُ أَقُوْلُ مَا يَقُوْلُ النَّاسُ فِيْهِ، فَيُقَالُ : لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ، ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
"Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba tatkala diletakkan di dalam kuburnya, sahabat-sahabatnya berpaling, sehingga dia mendengar suara sandal mereka, ketika mereka meninggalkannya maka datanglah dua malaikat dan mendudukkannya, kemudian keduanya bertanya kepadanya : "Apa yang kamu katakan tentang orang ini, yaitu Muhammad SAW ?. Adapun jika seorang mukmin, maka dia menjawab, "Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rosul-Nya". Maka dikatakan, "Lihatlah tempatmu dari neraka yang telah digantikan Allah dengan tempat dari surga". Kemudian dia melihat kedua (tempat) itu bersamaan. Dan adapun orang kafir dan orang munafik, maka dia berkata, "Aku tidak tahu, aku berkata apa yang dikatakan oleh orang-orang". Maka dikatakan, "Kamu tidak mengetahui dan tidak membaca, kemudian dia dipukul dengan palu dari besi di antara kedua telinganya, maka dia menjerit yang mana makhluk di sekitarnya mendengarkannya (jeritan itu),kecuali jin dan manusia".Catatan :
Semua keterangan dari dasar dan dalil baik dari ayat Al-Qur'an maupun hadist di atas dikutip dari Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Bab Persoalan Ke-7, Apakah di Dalam Alam Kubur Terdapat Nikmat dan Siksa ? oleh KH. Ali Maksum.
Rosulullah SAW bersabda :
مَنْ مَاتَ يَوْمَ الجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَتَهَا رُفِعَ عَنْهُ عَذَابُ الْقَبْرِ
“Barang siapa meningga dunia pada hari Jum’at atau malamnya, maka dihilangkan darinya siksa kubur”.Rosulullah SAW bersabda :
مَنْ مَاتَ يَوْمَ الجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ اَجْرَ شَهِيْدٍ وَوَقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Barang siapa meningga dunia pada hari Jum’at atau malam Jum'at, maka Allah mencatat baginya mati syahid (bukan syahid dunia akhirat) dan menjaganya dari fitnah kubur”.Dari kedua hadist tersebut bisa disimpulkan bahwa orang yang meninggal dunia pada hari Jum'at atau malam Jum'at maka dia akan terhindarkan dari fitnah kubur (dalam Kitab Ihya' oleh Imam Ghozali dijelaskan dengan syarat jika dia mati dalam keadaan iman) . Dan dari fitnah kubur itu sendiri pastilah merujuk pada siksa kubur.
Catatan :
Kedua hadist tersebut dikutib dari Kitab Tanqihul Qoul, Bab Keutamaan Hari Jum'at oleh Imam Nawawi Al-Banteni.
Dalam salah satu hadist lain, Rosulullah SAW juga bersabda :
اِنَّمَا الْقَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رَيَاضِ الْجَنَّةِ اَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النِّيْرَانِ
"Sesungguhnya kubur merupakan taman dari taman-taman surga atau liang dari liang-liang nereka"Dari hadist tersebut maka bisa diketahui bahwa alam kubur adakalanya bisa menjadi teman surga (nikmat kubur) atau menjadi liang neraka (siksa kubur).
Tentunya masih banyak lagi hadist-hadist dan pendapat para ulama' yang mana menjelaskan tentang kebenaran adanya nikmat dan siksa kubur. Namun, dasar-dasar dan dalil-dalil di atas kiranya sudah mencukupi untuk menjelaskan bahwa nikmat dan siksa kubur adalah perkara yang pasti.
Baca juga : 4 Amalan Menerangi Kubur, 4 Amalan Terbebas Dari Siksa Kubur.
Tags:
Aswaja