Begini Cara Syetan Melepas Iman Seseorang Ketika Sakarotul Maut
Sakarotul maut merupakan waktu seseorang berada di pucuk kehidupan dunia sebelum dia memasuki pintu kematian. Pada waktu itulah syetan memiliki peluang besar untuk menggoda dan menipu orang-orang mukmin agar dia meninggal dalam keadaan tanpa membawa iman.
Dalam Kitab Daqoiqul Akhbar, bab ke-7 dijelaskan bahwa Imam Hanifah pernah mengatakan, "Waktu yang paling banyak merampas iman dari seorang hamba adalah waktu naza' (waktu terlepasnya ruh dari tubuh)".
Dalam penjelasan sebuah riwayat dikatakan bahwa ketika seorang mukmin berada dalam keadaan sakarotul maut, maka syetan pun datang kepadanya dan duduk di sekitar kepalanya, lalu berkata, "Tinggalkan agama (islam) ini dan katakan bahwa tuhan ada dua sehingga kamu bisa selamat dari kesensaraan ini".
Dari riwayat tersebut kita mengetahui bahwa waktu sakarotul maut merupakan waktu yang paling dikhawatirkan seorang mukmin terlena oleh fitnah kematian dan godaan syetan. Dan sudah seharusnya kita lebih mempersiapkan diri dengan memperbanyak menangis dan memohon ampun akan dosa-dosa, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperbanyak sholat serta berdoa di pertigaan malam agar kita terselamatkan dari fitnah kematian.
Imam Abu Hanifah ra pernah ditanya tentang dosa yang lebih dikhawatirkan bisa melepas iman seorang hamba. Beliau pun menjawab :
- Enggan bersyukur terhadap iman
- Tidak memiliki kekhawatiran terhadap akhir hidup (su'ul khotimah)
- Dholim kepada seorang hamba.
Cara Syetan Menggoda Seorang Hamba Agar Terlepas Keimanannya Ketika Sakarotul Maut
Dijelaskan dalam riwayat lain, bahwa keadaan yang paling menyensarakan seseorang ketika dia berada dalam keadaan sakarotul maut adalah rasa yang sangat haus dan terbakarnya hati. Pada waktu itulah syetan akan berusaha keras untuk mendapatkan kesempatan demi melepas iman di hati seorang.
Syetan akan datang dengan wujud seorang manusia, baik menyerupai seperti ibu, bapak, kyai, guru, kakek, nenek, anak, saudara, teman, atau orang lain. Syetan berdiri di sekitar kepalanya dengan membawa sebuah wadah yang berisi air tawar yang segar. Di depan hamba itu, syetan akan menggerak-gerakkan wadah dan mengiming-imingnya, ini merupakan godaan syetan di waktu akhir seorang hamba.
Karena merasa sangat haus, orang itu berkata, "Berikanlah aku air". Dia tidak mengerti bahwa orang yang berada di depannya dengan membawa air adalah syetan, sedangkan orang itu sendiri tidak akan mendengar dan melihat orang-orang yang berkumpul di sekitarnya untuk menalkin kalimat tahlil agar dia mengucapkan nama Allah SWT sebelum kematian menjemput.
Lalu syetan pun berkata kepadanya, "Katakan bahwa tidak ada tuhan yang menciptakan alam ini, sehingga aku akan memberimu air ini".Jika orang itu termasuk orang yang mukmin maka dia tidak akan menjawab apa yang dikatakan syetan kepadanya.
Tak sampai di situ saja, syetan pun kembali datang di tempat kedua telapak kakinya. Dia menggerak-gerakkan wadah itu dan mengiming-iminginya agar dia jatuh pada tipu dayanya. Tak kuasa menahan haus, orang itu akan berkata, "Berikan aku air". Lalu syetan menjawab, "Katakan, aku telah mendustakan Rosulullah SAW setelah itu aku akan memberimu air ini".
Jika orang itu termasuk orang yang celaka maka dia akan menjawab perkataan yang dilontarkan kepadanya karena tak kuasa menahan rasa haus, lalu dia akan meninggal dunia dalam keadaan tanpa iman. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari hal itu fitnah kematian dan godaan syetan.
Namun, jika orang itu termasuk orang mukmin dan orang yang beruntung, maka dia tidak akan menjawab permintaan itu dengan mudah, dia akan berpikir tentang permintaan mengucapkan kalimat kufur lalu mengetahui bahwa itu hanya sebuah tipu daya dan godaan syetan semata.
Kisah Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid Ketika Sakarotul Maut
Ketika Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid dalam keadaan sakarotul maut, datanglah teman-teman beliau untuk menjenguk dan menalkin beliau. Mereka membacakan kalimat syahadat di dekat beliau agar beliau mengucapkan kalimat syahadat sebelum ajal menjemput.
Namun, Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid malah memalingkan wajah dari mereka. Teman-teman beliau pun menalkin kalimat syahadat untuk kedua kalinya, tetapi tetap saja beliau memalingkan wajah.
Ketika ucapan talkin untuk ketiga kalinya, sungguh mengejutkan Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid malah berkata, "Aku tidak akan mengucapkannya". Setelah itu beliau pun tak sadarkan diri di hadapan teman-teman beliau.
Setelah beberapa saat, Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid pun tersadarkan diri, terlihat kondisi tubuhnya mulai ringan dan nyaman. Perlahan, beliau mulai membuka kedua matanya. Melihat banyak teman-temannya berkumpul di sekelilingnya, beliau pun bertanya kepada mereka, "Apakah kalian mengatakan sesuatu kepadaku ?".
Mereka pun menjawab, "Iya, kami menalkinmu dengan kalimat syadahat sebanyak 3 kali, namun kamu berpaling 2 kali, dan pada syahadat ketiga kamu berkata "Aku tidak akan mengatakannya"".
Syekh Abu Zakariyyah Az-Zahid pun menjawab, "Iblis telah datang kepadaku dan membawa sebuah wadah berisi air bersamanya. Dia berdiri di sebelah kananku dan menggerak-gerakkan wadah itu. Lalu dia berkata kepadaku, "Apakah kamu membutuhkan air ?". Aku menjawab, "Iya". Iblis pun berkata, "Katakan bahwa Isa adalah putra Allah" lalu aku berpaling darinya. Kemudian dia datang kepadaku dari arah kakiku lalu dia mengatakan seperti itu kepadaku. Pada ketiga kalinya, dia berkata, "Katakan bahwa tidak ada tuhan". Aku pun berkata, "Aku tidak akan mengatakan itu". Lalu dia membuang wadah itu ke bumi dan berpaling pergi. Maka sesungguhnya aku menolak kepada Iblis, bukan kepada kalian, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya"".
Diriwayatkan dari Manshur bin Amar berkata, "Ketika telah dekat kematian seorang hamba, maka keadaannya terbagi atas lima perkara, yaitu harta untuk para ahli waris, ruh untuk Malaikat Maut, daging untuk belatung, tulang untuk tanah, kebaikan untuk para musuhnya, dan syetan untuk merampas iman. Jika ahli waris pergi dengan membawa harta, maka boleh saja. Jika Malaikat Maut pergi dengan membawa ruh, maka boleh saja. Jika belatung pergi dengan memakan daging, maka boleh saja. Jika para musuhnya pergi dengan membawa kebaikan-kebaikan, maka boleh saja. Andai syetan tidak pergi dengan membawa iman ketika kematian, karena sesungguhnya hilangnya iman adalah berpisah dari agama. Sesungguhnya berpisahnya ruh dari jasad bukanlah berpisah dari Tuhan. Sesungguhnya kematian adalah perpisahan yang tiada seorang pun yang mengetahui sesudahnya dan seberapa ruginya".
Dari penjelasan riwayat dan kisah tersebut telah jelas bahwa waktu sakarotul maut adalah waktu yang memberikan peluang besar bagi syetan untuk melepas iman dari hati seseorang. Dengan demikian, maka kita perlu mempersiapkan diri sebelum datangnya waktu itu dengan memperbanyak dzikir, istighfar, sholat malam, berdoa, dan melakukan amal-amal baik. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari kematian dalam keadaan su'ul khotimah.
Wallahu a'lam bis showab,
Sumber : Kitab Daqoiqul Akhbar, bab 8, Penjelasan Tentang Bagaimana Syetan Merampas Iman
Penulis : Imam Abdur Rohim bin Ahmad Al-Qodli
Tags:
Kisah teladan