Malaikat Izrail pun Kesulitan Mencabut Nyawa Orang Mukmin
Malaikat Izrail as atau juga disebut Malaikat Maut adalah malaikat yang ditugaskan Allah SWT untuk mencabut nyawa makhluk-makhluk-Nya. Dia tidak peduli nyawa siapapun itu, baik pria maupun wanita, baik muslim maupun non-muslim, baik anak kecil, orang dewasa, maupun orang tua, bahkan dari golongan jin dan sesama malaikat sekalipun.
Dari beberapa penjelasakan para ulama', tentu saja ada perbedaan ketika Malaikat Izrail as mencabut nyawa hamba yang beriman dan hamba yang tidak beriman. Secara umum, perbedaan tersebut diketahui dengan cara kasar dan lembut.
Namun, dari beberapa riwayat dalam kitab-kitab kuning, dijelaskan bahwa Malaikat Izrail as sendiri pun pernah merasa kesulitan ketika mencabut nyawa orang mukmin, sebagaimana dua riwayat berikut yang diambil dari Kitab Daqoiqul Akhbar, bab 6 - 7 :
Riwayat Pertama :
Ketika Malaikat Izrail as akan diperintahkan untuk mencabut ruh orang mukmin, maka ruh itu berkata, "Aku tidak akan taat kepadamu selama kamu belum diperintah untuk mencabut ruhku". Malaikat Maut pun menjawab, "Aku telah diperintah untuk melakukan itu".
Ruh itu masih saja mengelak dan meminta Malaikat Izrail as untuk menunjukkan pertanda dan bukti bahwa dia telah diperintah, ruh itu pun berkata "Sesungguhnya Tuhanku telah menciptakanku dan memasukkanku ke dalam jasadku dan bukan kamu yang melakukan itu. Lalu sekarang kamu ingin mencabutku ?".
Mendengar penolakan ruh, Malaikat Izrail as pun kembali kepada Allah SWT karena hal itu dan berdiam tanpa kata. Lalu Allah SWT berkata, "Cabutlah ruh hamba-Ku !". Malaikat Izrail as pun menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu berkata seperti ini dan ini, dia meminta bukti dariku".
Lalu Allah SWT berkata, "Benar apa yang dikatakan hamba-Ku". Kemudian Allah SWT memberikan perintah kepada Malaikat Izrail as, "Wahai Malaikat Maut, pergilah ke surga dan ambillah buah apel di sana. Itu merupakan pertanda dari-Ku dan perlihatkan buah apel itu kepada ruh hamba-Ku".
Segera, Malaikat Izrail as pun pergi ke surga seperti yang telah diperintahkan. Dia mengambil buah apel itu dan terlihat jelas di atas buah apel itu tertuliskan "Bismillahir Rohmanir Rohim".
Setelah mengambil buah apel itu, Malaikat Izrail as pun kembali kepada hamba mukmin tadi untuk mencabut ruhnya dan dia memperlihatkan buah apel itu sebagai bukti. Ketika ruh tersebut melihat buah apel yang diperlihatkan oleh Malaikat Izrail as, maka ruh itu keluar dengan giat, nyaman, dan tidak ada perasaan berat sedikit pun.
Riwayat Kedua :
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa ketika Allah SWT menghendaki untuk mencabut ruh dari tubuh orang mukmin, maka Malaikat Izrail as mendatanginya dari arah mulut. Namun, keluarlah "dzikir" (yang senantiasa diucapkannya) dari mulut itu dan mengatakan, "Tiada jalan bagimu dari arah ini, telah lama sekali lisan hamba ini digunakan untuk berdzikir kepada Tuhannya".
Karena ditolak, Malaikat Izrail as pun kembali kepada Allah SWT dan berkata, "Wahai Tuhanku, hamba-Mu mengatakan ini dan ini". Lalu Allah SWT menjawab, "Cabutlah dari arah yang lain !".
Malaikat Izrail pun mendatangi dari arah tangan untuk mencabut ruhnya. Namun, keluarlah "shodaqoh" (yang sering kali dilakukan semasa hidupnya) dan mengatakan, "Tiada jalan bagimu pada tangan ini, sesungguhnya hamba ini menggunakanku untuk banyak bersedekah, mengusap kepala anak yatim (karena sayang), menulis dengan pena, dan menebas leher orang-orang kafir dengan pedang".
Malaikat Izrail as mendatangi lagi dari arah kaki. Namun, kaki itu mengatakan, "Tiada jalan bagimu dari arahku, sesungguhnya hamba ini menggunakanku untuk berjalan menuju sholat jama'ah, menjenguk orang sakit, majlis ilmu, dan belajar".
Malaikat Maut pun kembali datang dari arah telinga. Namun, telinga itu berkata, "Tiada jalan bagimu dari arahku, sesungguhnya hamba ini menggunakanku untuk mendengar Al-Qur'an, adzan. dan dzikir".
Malaikat Maut pun datang dari arah ke dua mata. Namun, kedua mata itu berkata "Tiada jalan bagimu dari arah kami, sesungguhnya hamba ini menggunakan kami untuk melihat mushaf (Al-Qur'an), wajah ulama', wajah kedua orangtua, dan wajah orang-orang sholeh",
Merasa tak ada jalan untuk mencabut ruh orang mukmin tersebut, akhirnya Malaikat Izrail as sowan kepada Allah SWT untuk memohon petunjuk dan berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu mengatakan ini dan ini".
Allah SWT pun menjawab, "Wahai Malaikat Maut, tulislah nama-Ku pada telapak tangan-Mu dan perlihatkan kepada ruh hamba-Ku sehingga dia mengetahuinya !".
Malaikat Izrail segera keluar lalu menulis nama Allah pada telapak tangannya. Dia kembali kepada orang mukmin tadi untuk mencabut ruhnya dan memperlihatkan telapak tangan yang tertulis nama Allah kepada ruh itu.
Melihat bukti yang ada pada telapak tangan Malaikat Izrail as, ruh itu pun menerima dan merasa nyaman untuk keluar dari tubuhnya. Ya, keluarlah ruh itu karena berkah nama Allah, sehingga hilanglah pahitnya waktu naza' (waktu terlepasnya ruh dari tubuh) darinya .
Untuk itulah mengapa ruh orang mukmin terepas dari tubuhnya dalam keadaan nyaman dan terntram, tentu karena tertulis di hatinya nama Allah SWT, sesuai dalam Firman-Nya :
أَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) ?" (Az-Zumar : 22).Jika ruh itu keluar dari tubuh dengan nyaman dan tentram tanpa adanya rasa pahit di waktu naza', maka sudah bisa dipastikan akan hilang darinya siksa dan kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Hal ini dikarenakan memang hatinya terukir nama Allah SWT.
Wallahu a'lam bis showab,
Sumber : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 6 dan Bab 7
Penulis : Imam Abdur Rohim bin Ahmad Al-Qodli.
Baca juga :
Tags:
Kisah teladan