Wujud dan Bentuk Mizan (Neraca Amal) di Hari Kiamat
Mizan merupakan timbangan atau neraca amal, di mana amal perbuatan manusia akan ditimbang di dalamnya kelak di hari kimat, baik itu amal kebaikan maupun amal keburukan. Adapun mengenai beberapa hal yang terkait dengan mizan adalah sebagai berikut ini :
Perselisihan Pendapat Tentang Hakekat Mizan di Hari Kiamat
Di dalam aliran-aliran agama islam dan faham madzhab beraqidah, beberapa aliran seperti mu'tazilah mengingkari adanya mizan (timbangan atau neraca amal perbuatan). Pendapat ini didasarkan pada pemikiran bahwa amal perbuatan merupakan sesuatu yang abstrak dan sesuatu yang abstrak tidak bisa untuk ditimbang, itu adalah hal yang mustahil. Demikian Ibnu Faufak menjelaskan mengenai pendapat aliran mu'tazilah. Jadi, aliran mu'tazilah memaknai mizan (timbangan atau neraca amal) sebagai bentuk keadilan di hari kiamat
Namun, mayoritas ulama', khususnya ulama' yang beraqidah Al-Asy'ariyah dan Al-Maturidiyah menegaskan bahwa mizan adalah sesuatu yang harus diimani dan merupakan timbangan secara hakiki, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas menjelaskan Allah SWT mengubah amal perbuatan yang bersifat abstrak menjadi sesuatu benda yang bersifat real (nyata).
Wujud dan Bentuk Mizan (Neraca Amal) di Hari Kiamat
Memang jarang sekali ditemui beberapa riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana bentuk dan wujud mizan (timbangan atau neraca amal) di hari kiamat nanti. Dalam Kitab Daqoiqul Akhbar Bab 32, Sahabat Ibnu Abbas ra menggambarkan wujud dan bentuk mizan di antaranya adalah sebagai berikut ini :
- Mizan akan ditegakkan di atas beberapa tiang
- Panjang setiap tiang seperti jarak antara timur dan barat
- Mizan memiliki 2 piringan atau daun timbangan
- Satu piringan timbangan ada di sebelah kanan Arsy, yaitu piringan untuk menimbang amal kebaikan. Sedangkan satu piringan timbangan lainnya ada di sebelah kiri Arsy, yaitu piringan untuk menimbang amal keburukan
- Mizan adalah timbangan atau neraca amal yang digunakan untuk menimbang amal perbuatan tsaqalain (golongan jin dan golongan manusia). Amal perbuatan yang terdiri dari amal kebaikan dan keburukan menumpuk bak gunung-gunung.
- Lama satu hari di akhirat kira-kira 50.000 tahun di dunia (namun, menurut pendapat yang lebih shahih 1 hari di akhirat seperti 1.000 tahun di dunia).
Dalam Kitab Daqoiqul Akhbar Bab 28 dijelaskan dalam sebuah riwayat khabar, pada peristiwa hari kiamat nanti, semua golongan tsaqalain (jin dan manusia) dikumpulkan dalam sebuah lapangan bumi yang sangat luas. Matahari di dekatkan di atas kepala, meraka merasa sangat kepanasan, kelaparan dan kehausan, bahkan keringat pun bercucuran sangat deras, kecuali orang-orang yang mendapatkan naungan Allah SWT. Demikian itu berlangsung selama ribuan tahun.
Pada saat itulah Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk sowan kepada Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan dari-Nya, "Wahai Nabi Muhammad, katakan kepada umatmu agar mereka menyeru kepada-Ku dengan sebuah nama yang mana kamu berdoa kepada-Ku dengan nama itu di dunia, ketika (mereka tertimpa) dalam penderitaan".
Malaikat Jibril pun segera melaksanakan tugasnya, dia menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan dari Allah SWT. Seketikan itu, Rasulullah SAW pun menyeru kepada umat Beliau untuk menyebut kalimat :
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".Serentak, umat Rasulullah SAW pun menyeru dan menyebut asma mulia itu. Dengan demikian, Allah SWT memberikan putusan qadha dan keadilan-Nya di antara golongan jin dan manusia. Lalu Allah SWT berkata, "Jika mereka (umat Nabi SAW) tidak menyebut-Ku dengan nama ini, niscaya aku akan memanjangkan qadla' selama 1.000 tahun".
Setelah itu, Allah SWT memberikan putusan dan keadilan di antara hewan-hewan, baca di sini : Apakah Hewan Saling Menuntut Balasan Di Akhirat Nanti ?.
Selanjutnya, Allah SWT mengadili setiap golongan jin dan manusia, mereka mendapatkan buku catatan amal perbuatan masing-masing dengan cara yang berbeda dan diperhitungkan pula amal perbuatan itu (hari penghisaban amal). Baca lebih lengkap di sini : 3 Macam Golongan Yang Menerima Buku Amal di Hari Kiamat.
Setelah penerimaan buku catatan amal perbuatan dan hisab (perhitungan amal perbuatan), barulah mizan ditegakkan untuk menimbang amal perbuatan tersebut.
Proses Penimbangan Amal Perbuatan
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, mizan ditegakkan setelah penerimaan buku catatan amal dan perhitungan amal perbuatan (hisab). Adapun proses penimbangan, maka hadits Nabi SAW berikut ini akan memberikan sediikit gambaran :
يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُؤْسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ : هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا ؟ فَيَقُوْلُ : لَا يَارَبِّ، فَيَقُوْلُ : أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُوْنَ ؟ ثُمَّ يَقُوْلُ : أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ ؟ فَيُهَابُ الرَّجُلُ، فَيَقُوْلُ : لاَ، فَيَقُوْلُ : بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيْهَا أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، قَالَ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُوْلُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ، فَتُوْضَعُ السِّجِلاَّتُ فِيْ كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِيْ كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ
"Terpilih seseorang dari umatku di hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibeberkanlah baginya 99 sijjil (catatan amal induk, di dalamnya terdapat banyak dosa), panjang setiap sijiil adalah sejauh mata memandang. Kemudian Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung bertanya, "Apakah kamu mengingkari sesuatu dari catatanmu ini ?. Dia menjawab, "Tidak, wahai Tuhanku". Allah bertanya, "Apakah para malaikat pencatat-Ku yang menjaga berbuat dhalim kepadamu ?". Lalu Allah bertanya, "Apakah kamu mempunyai alasan atau apakah kamu mempunyai kebaikan ?". Lalu dipanggillah orang itu dan dia berkata, "Tidak". Allah pun berkata, "Sesungguhnya ada kebaikanmu yang di sisi kami dan sesungguhnya tidak ada penganiayaan padamu di hari ini". Lalu dikeluarkanlah satu bithaqah (kertas) yang di dalamnya tertulis syahadat "Sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya". Lalu ia bertanya, "Wahai Tuhanku, Apa bithaqah ini yang bersama dengan sijjil-sijjil ini ?". Allah menjawab, "Sesungguhnya kamu tidaklah didhalimi". Lalu diletakkanlah sijjil-sijjil itu di dalam sebuah piringan dan bithaqah di dalam piringan lainnya. Lalu sijjil-sijjil itu (yang terpenuhi dosa) itu terkalahkan dan bithaqah itu lebih berat""Allah SWT berfirman :
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ، فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَاضِيَةٍ، وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ، فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ، نَارٌ حَامِيَةٌ
"Maka adapun orang-orang yang berat timbangan amalnya (kebaikannya). Maka dia berada di dalam kehidupan yang diridloi. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan amalnya (kebaikannya). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu ?. (Yaitu) api yang sangat panas" (Al-Qariah : 6 - 11).Wallahu a'lam bis showab.
Tags:
Religi