Kaidah I'lal 5 Dalam Kitab Qawaidul I'lal
Kaidah I’lal 5 - Salah satu alasan mengapa tatanan lafadz bahasa Arab terjadi perubahan bentuk i'lalnya adalah karena untuk memudahkan pengucapan. Ya, para ulama' ahli bahasa telah menetapkan bahwa lafadz-lafadz yang berat dalam pengucapannya perlu diubah untuk memudahkan pelafalan.
Baca selengkapnya: Download Kitab Qawaidul I'lal dan Terjemah Lengkap.
Rumusan Kaidah I'lal 5
Adapun kaidah i'lal yang kelima ini, bisa dilihat dan dicermati pada kalimat di bawah ini yang diambil dari Kitab Qawaidul I'lal:
اِذَا تَطَرَّفَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ وَكَانَتَا مَضْمُوْمَةً اُسْكِنَتَا، نَحْوُ يَغْزُوْ وَيَرْمِيْ اَصْلُهُمَا يَغْزُوُ وَيَرْمِيُ
Tatkala ada huruf wawu dan huruf ya; berada di akhir kalimat, dan keduanya didhommah, maka keduanya disukun, contoh "يَغْزُوْ" dan "يَرْمِيْ" asalnya "يَغْزُوُ" dan "يَرْمِيُ".
Penjelasan Kaidah I’lal 5
Tentunya, rumusan kaidah kelima dalam Kitab Qawaidul I’lal di atas masih membingungkan dan cukup sulit dipahami.Untuk itulah, mari kita bersama-sama menyimak penjelasan singkatnya sebagai berikut:
1. Penjelasan Rumusan Kaidah I’lal 5
Dari rumusan kaidah kelimat tersebut, kita dapat menarik sebuah kesimpulan terkait kriterianya, seperti demikian:
- ada huruf wawu (و) atau huruf ya' (ي) yang berposisi di akhir sebuah kalimat
- huruf wawu (و) atau huruf ya' (ي) tersebut harus berharakat dlammah
Maka, harakat dlammah tersebut harus diganti menjadi harakat sukun (mati). Ini dikarenakan beratnya pengucapan dlammah menurut lisan arab.
2. Contoh Kaidah I’lal 5
Tabel berikut ini akan menunjukkan sekilas mengenai contoh kaidah kelima dalam Kitab Qawaidul I’lal:
Lafadz Asli | Lafadz I'lal |
---|---|
يَغْزُوُ |
يَغْزُوْ |
يَرْمِيُ |
يَرْمِيْ |
3. Proses I'lal Lafadz غَازٍ
Lafadz غَازٍ asalnya adalah غَازِوٌ mengikuti wazan فَاعِلٌ. Namun, di sini ada beberapa tahapan agar proses i’lal pada lafadz tersebut menjadi seperti lafadz غَاز:
- Tahap Pertama Berdasarkan Kaidah 8: Pada lafadz غَازِوٌ terdapat huruf wawu yang berada di akhir kalimat sedangkan harakat sebelumnya adalah kasrah, maka huruf wawu tersebut harus diganti menjadi huruf ya' sehingga menjadi lafadz غَازِيٌ. Alasannya adalah untuk memudahkan pengucapan karena huruf ya' selalu identik dengan harakat kasrah, sedangkan huruf wawu selau identik dengan dlammah. Baca penjelasan kaidah i’lal 8 lebih lanjut: Kaidah I'lal 8 Dalam Kitab Qawaidul I'lal.
- Tahap Kedua Berdasarkan Kaidah I'lal 5: Pada lafadz غَازِيٌ, terdapat huruf ya' yang berharakat dlammah dan berada diakhir kalimat, maka harakat dlammah tersebut harus diganti menjadi sukun, sehingga menjadi lafadz غَازِيْ. Nah, karena lafadz غَازِيْ adalah isim (berbeda dengan 2 contoh kaidah 5 di atas, keduanya fi'il), maka untuk memudahkan pengucapan lisan, lafadz itu harus diubah menjadi lafadz غَازٍيْ.
- Tahap Terakhir: Pada lafadz غَازٍيْ terdapat tanwin dan sukun yang berkumpul dalam satu kalimat. Dalam istilah arab, ini disebutاِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ (bertemunya 2 huruf mati), maka huruf ya' harus dibuang karena alasan اِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ (bertemunya 2 huruf mati) dan untuk memudahkan pengucapan, sehingga menjadi lafadz غَازٍ.
Dari tahap-tahap perubahan lafadznya, kita dapat meringkasnya sebagaimana tabel di bawah ini:
Lafadz Asli | Tahap 1 | Tahap 2 | Tahap 3 (Hasil) |
---|---|---|---|
غَازِوٌ |
غَازِيٌ |
غَازٍيْ |
غَازٍ |
Adapun proses i'lal pada lafadz "يَرْمِيُ" menjadi "يَرْمِيْ", maka silahkan dicoba sendiri. Proses i'lalnya sama dengan lafadz "يَغْزُوْ".