Keutamaan Memberi Rasa Bahagia Pada Sesama Makhluk
Memberikan kebahagiaan dan rasa senang kepada makhluk Allah SWT, baik sesama manusia maupun sesama makhluk lainnya, merupakan salah satu akhlaq yang terpuji. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ أَدْخَلَ عَلَى قَلْبِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ فَرْحًا وَسُرُوْرًا فِيْ دَارِ الدُّنْيَا خَلَقَ اللّٰهُ تَعَالٰى مِنْ ذٰلِكَ مَلَكًا يَدْفَعُ عَنْهُ الْآفَاتِ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ جَاءَ مَعَهُ قَرِيْنًا فَإِذَا مَرَّ بِهِ هَوْلٌ يُفَزِّعُهُ، قَالَ : لَا تَخَفْ، فَيَقُوْلُ : مَنْ أَنْتَ، فَيَقُوْلُ : أَنَا الْفَرْحُ وَالسُّرُوْرُ الَّذِيْ أَدْخَلْتَهُ عَلَى أَخِيْكَ الْمُسْلِمِ فِيْ دَارِ الدُّنْيَا
"Barang siapa memasukan kebahagiaan dan kegembiraan di hati saudaranya yang muslim, maka Allah Yang Maha Luhur menciptakan seorang malaikat dari kebahagiaan itu yang menolaknya dari malapetaka. Lalu tatkala hari kiamat, kebahagiaan itu datang bersamanya sebagai teman, tatkala lewat padanya sebuah kesulitan yang menakutkannya, maka kebahagiaan itu berkata, "Jangan takut". Ia bertanya, "Siapakah kamu ?". Kebahagiaan itu menjawab, "Aku adalah kebahagiaan dan kegembiraan yang telah kamu masukkan ke dalam hati saudaramu yang muslim di rumah dunia"".
Sedangkan dalam riwayat hadits yang lain dijelaskan :
إِدْخَالُ السُّرُوْرِ فِيْ قَلْبِ مُؤْمِنٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً
"Memasukkan kebahagiaan di dalam hati seorang mukmin lebih baik daripada ibadah 60 tahun".
Nah, ada sebuah kisah seorang sufi yang masih sedikit berhubungan dengan keterkaitan mengenai kedua hadits di atas.
Kisah Syekh Abdullah bin Mubarak dan Kuda Milik Muridnya
Pada suatu hari ketika Syekh Abdullah bin Mubarak pergi ke sebuah pasar untuk membeli sesuatu, beliau melihat seekor kuda yang bagus yang dijual dengan harga 40 dirham, itu merupakan harga yang sangat murah untuk ukuran kuda yang bagus.
Syekh Abdullah bin Mubarak pun mendekat dan bertanya kepada si penjual kuda, "Apa yang membuat kuda ini dihargai dengan harga yang murah ?". Si penjual kuda pun menjawab, "Kuda ini mempunyai banyak aib (cacat)".
Syekh Abdullah bin Mubarak pun bertanya lagi, "Apa cacat itu ?". Si penjual menjawab, "Kuda ini tidak mau berlari dengan kencang ketika berada di belakang mengejar musuh. Ketika ia berada di depan musuh, ia malah berhenti sehingga musuh bisa mendapatinya. Kuda ini beringkik di tempat yang membutuhkan diam".
Meninggalkan kuda itu, Syekh Abdullah bin Mubarak pun berkata, "Sungguh disayangkan, seharusnya kuda ini sangat mahal harganya". Sesaat kemudian, murid Syekh Abdullah bin Mubarak pun membeli kuda dengan perawakan bagus itu dengan harga murah yaitu 40 dirham.
Dan setelah beberapa waktu kemudian, sungguh aneh, kuda yang digembor-gemborkan memiliki banyak aib dan cacat, ternyata malah melakukan pekerjaan yang sangat baik dan disenangi oleh pemiliknya. Ia berlari kencang, berhenti, dan dapat diam tepat pada waktu dan kondisi yang dibutuhkan.
Dan karena hal itu, Syekh Abdullah bin Mubarak bertanya kepada muridnya tersebut, "Bukankah kuda itu memiliki banyak cacat ? apakah kamu sudah menguji kuda itu ?".
Si murid pun menjawab dengan terus terang, "Benar, kuda itu memang seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Tetapi, ketika aku hendak membelinya, aku mengatakan sesuatu di telinga kuda itu, "Wahai kuda, sesungguhnya aku telah meninggalkan dosa, bertaubat, dan kembali kepada Allah SWT, maka kamu juga demikian, tinggalkanlah cacat-cacat yang ada di dalam dirimu". Lalu kuda itu mengangguk 3 kali seolah menjawab dengan rasa senang akan meninggalkan cacatnya seperi aku telah meninggalkan dosa. Sejak saat itulah, kuda itu bekerja dengan baik dan aku mengetahui bahwa aib bukan terletak pada kudanya tetapi pada pemilik kuda sebelumnya (orang dholim), karena sesungguhnya kuda orang-orang kafir dan orang dholim melaknati pemiliknya sampai pemiliknya turun dari punggungnya".
Dari kisah di atas, apa yang disampaikan oleh murid Syekh Abdullah bin Mubarak sesuai dengan Firman Allah SWT :
أَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ
"Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dholim" (Hud : 18).
Artinya, ketika Allah SWT sudah melaknati seorang dari hamba-Nya, maka setiap apapun akan melaknatinya juga. Demikian pula kuda itu melaknati pemilik sebelumnya yang merupakan orang dholim, sehingga kuda itu menampakkan banyak aib dan cacat.
Konklusi dari kisah dan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa setiap hewan yang memperoleh perlakukan baik dari pemiliknya, sehingga ia merasa nyaman dan senang , maka hewan itu pun akan tunduk dan patuh kepada pemiliknya. Demikian itu merupakan rasa senang yang dirasakan oleh seekor hewan, bayangkan jika rasa senang itu dirasakan oleh manusia, maka tentu akan memberikan fadhilah besar pada pemberi rasa senang itu. Pastinya, rasa bahagia dan senang yang telah dimasukkan ke dalam hati makhluk-makhluk Allah SWT, akan berwujud menjadi seorang makhluk pada hari kiamat yang akan mendatangi, memegang, dan menuntun pemiliknya masuk ke dalam surga, sebagaimana makna hadits di atas.
______________________________
Sumber : Kitab Al-Mawa'idzul Ushfuriyah, Hadits 21.
Penulis : Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfury