Kisah Jin Yang Mengislamkan Seorang Sahabat
Kisah Jin Merasuki Berhala di Masa Rasulullah SAW - Jin merupakan salah satu makhluk Allah SWT yang berwujud abstrak dalam pandangan manusia, tak kasat mata dan hidup dalam dimensi alam yang berbeda. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (Adz-Dzariyat : 56).
Dari ayat di atas, kewajiban beribadah sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada manusia saja, tetapi juga bangsa jin. Tentu saja dalam hal ini, jin dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu jin islam dan jin kafir, sebagaimana manusia juga ada yang islam dan ada yang kafir. Untuk itulah, ada kisah menarik yang berkaitan dengan bangsa jin yang terjadi pada masa Rasulullah SAW yang bisa kita jadikan teladan bersama.
Baca juga : Abdullah bin Abhar, Jin Islam Pembela Rasulullah SAW.
Kisah Sahabat Ghasan bin Malik Al-Amiri Memeluk Islam
Dikisahkan dari Sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa suatu hari ketika para sahabat berkumpul di sisi Rasulullah SAW pada masa permulaan islam, tiba-tiba datanglah seseorang dengan menaiki unta. Dapat dilihat bekas-bekas perjalanan jauh darinya dan betapa letihnya ia dalam perjalanan tersebut.
Orang itu pun turun dari unta dan menghampiri para sahabat yang sedang berkumpul bersama Rasulullah SAW sembari berkata, "Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad ?".
Para sahabat pun memberikan isyarat dengan menunjuk ke arah Rasulullah SAW. Lalu, orang itu berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Muhammad, apakah kamu yang akan menjelaskan kepadaku apa yang telah Tuhanmu perintahkan ataukah aku yang akan menjelaskan padamu atas apa yang telah dikatakan berhalaku ?".
Dengan santainya Rasulullah SAW pun menjawab, "Tentu saja aku yang akan menjelaskan apa yang telah diperintahkan tuhanku". Kemudian, Rasulullah SAW menjelaskan tentang dasar-dasar agama islam yang dibangun dengan 5 rukun.
Lalu orang itu bercerita :
Wahai Muhammad, aku adalah Ghasan bin Malik Al-Amiri. Kami memiliki sebuah berhala dan kami biasanya menyembelih sebuah sesembelihan untuk berhala itu di Bulan Rajab. Pada waktu itu, seseorang bernama Isham menyembelih sesembelihan untuk berhal itu. Ketika ia hendak mengangkat tangannya untuk menyembelih, tiba-tiba terdengarlah suara dari dalam berhala itu, "Wahai Isham, telah datang agama islam dan batallah berhala-berhala, dijagalah pertumpahan darah, disambunglah tali sanak, dan jelaslah kebenaran serta kesejahteraan".
Mendengar suara itu, Isham pun merasa senang dan memberitahu kami, sehingga tersebarlah kabar tentangmu di antara kami, wahai Rasulullah SAW.
Selang beberapa hari, seseorang bernama Thariq pun menyembelih sebuah sesembelihan untuk berhala itu. Lagi-lagi sama, ketika ia hendak mengangkat tangan untuk menyembelihnya, tiba-tiba terdengarlah suara dari dalam berhala itu, "Wahai Thariq, telah diutus seorang nabi yang benar, telah didatangkan wahyu yang difirmankan dari Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Pencipta".
Thariq pun memberitahu kami semua sehingga semakin kuatlah kabar tentangmu, wahai Rasulullah SAW. Sedangkan di antara kami sendiri bimbang di antara sebuah kabar kebenaran dan kabar dusta.
Tiga hari setelahnya, aku mencoba untuk menyembelih sesembelihan untuk berhala itu dan saat aku hendak menyembelihnya, terdengarlah suara lancar dan fasih dari dalam berhala itu, "Wahai Ghasan bin Malik Al-Amiri, telah datang kebenaran, telah datang seorang nabi dari kabilah Hasyim di Kota Tihamah (Mekkah). Orang-orang yang menolongnya akan memperoleh kesejahteraan dan orang-orang yang menghinanya akan memperoleh penyesalan, ia adalah penunjuk lagi pengajak menuju hari kiamat".
Sesaat setelahnya, tiba-tiba berhala itu terlempar dengan sendirinya dan jatuh di atas tanah.
Setelah mendengar kisah dari Ghasan bin Malik Al-Amiri, Rasulullah SAW dan para sahabat pun membaca takbir, terkagum akan keagungan Allah SWT. Dan pada saat itu pula, Ghasan bin Malik Al-Amiri memeluk agama islam.
Setelah itu, Ghasan bin Malik Al-Amiri berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah melantunkan 3 bait syair, apakah kamu mau mengizinkanku untuk melagukannya ?".
Dengan senang hati Rasulullah SAW pun mengizinkannya untuk melantunkan 3 bait syair itu :
أسرع سيرا في طلب بسهل # وحزن في بلاد من الرمل
Aku mempercepat perjalanan dalam pencarian dengan kemudahan # dan kesusahan di dalam neraga-negara pasir
لأنصر خــير الناس نصـرا مــؤزّرا # وأعـقد حـبلا من حبالك في حـبلي
Agar aku bisa menolong sebaik-baik manusia dengan pertolongan yang dapat memberi pertolongan # Dan aku mengikat tali dari tali-talimu (agama islam) di dalam taliku
وأشهد أنّ الله حـقّ موحـّـدا # وهذا أدين به ما قـلت قـدمى نعـلى
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Benar lagi Maha Esa # Dan ini adalah aku beragama pada apa yang aku katakan kepada kedua telapak kaki sandalku
Wallahu a'lam bis showab,
Sumber : Al-Mawaidzul Ushfuriyyah, Hadits 19.
Karya : Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfuri.