Perbedaan Bukan Muhrim atau Bukan Mahram
Perbedaan Bukan Muhrim atau Bukan Mahram - Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang banyak mengadopsi bahasa-bahasa negara lain. Ada banyak kata yang diadopsi dalam Bahasa Indonesia dari bahasa asing, baik Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Romawi, dan lain sebagainya.
Kita mungkin sering kali melafalkan kata-kata adopsi tersebut. Dan secara tidak sadar, kita tidak tahu bahwa sebenarnya kata-kata yang biasa kita lafalkan berasal dari bahasa asing.
Tak disangka, sebagian kata-kata adopsi tersebut ternyata sudah dipatenkan oleh pakar Bahasa Indonesia sebagai kata baku di dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Salah satu kata yang ingin saya ulas dalam posting singkat ini adalah kata "bukan muhrim" dan kata "bukan mahram". Dua kata ini seharusnya sudah sering kita dengar dalam telinga publik. Lalu, apa arti dari bukan muhrim dan bukan mahram?. Dan manakah yang benar dalam penempatan posisi keduanya?.
Penggunaan Kata Bukan Muhrim atau Bukan Mahram?
Kata muhrim dan mahram adalah dua kata yang berasal dari Bahasa Arab. Keduanya identik disandarkan pada seseorang yang haram untuk dinikahi, seperti kedua orangtua, saudara kandung, paman, bibi, kakek, nenek, saudara tunggal susu (saudara radla'), dan lainnya.
Apabila ditambahi kata "bukan" (bukan muhrim atau bukan mahram), maka kedua kata ini memiliki arti seseorang yang boleh untuk dinikahi. Dalam Bahasa Arab, kata ini (bukan muhrim atau bukan mahram) disebut dengan istilah "ajnabi" atau orang lain.
Alhasil, seseorang yang statusnya adalah ajnabi (bukan muhrim atau bukan mahram), maka:
- Boleh untuk dinikahi
- Dapat membatalkan wudlu apabila saling bersentuhan kulit tanpa penghalang (menurut Madzhab Imam Syafi'i)
- Diperbolehkan melihat auratnya dalam batas dan kondisi tertentu.
Terlepas dari benar atau salahnya, penggunaan kedua kata di atas sudah umum kita dengar. Kita pasti mendengar keduanya dari banyak sumber, misalnya televisi, omongan publik, artikel online, dan lainnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah "bukan muhrim atau bukan mahram, manakah yang benar dalam penempatan posisi dan penggunaannya?". Untuk itu, silahkan baca penjelasan detail pada sub topik di bawah.
Arti Kata Bukan Muhrim dan Bukan Mahram
Seperti yang telah diulas bahwa kata "muhrim" dan "mahram" berasal dari Bahasa Arab. Jadi, untuk mengulas lebih lanjut, mari kita telusuri dalam Bahasa Arabnya.
1. Arti Kata Bukan Muhrim
Dalam Bahasa Arab, kata muhrim (مُحْرِمٌ) adalah isim fail dari fi'il madli "ahrama" (أَحْرَمَ) mengikuti wazan "af'ala" (أَفْعَلَ):
أَحْرَمَ يُحْرِمُ إِحْرَامًا وَمُحْرَمٌ وَهُوَ مُحْرِمٌ وَذَاكَ مُحْرَمٌ أَحْرِمْ لَا تُحْرِمْ مُحْرَمٌ٢ مِحْرَمٌ
Kata "ahrama" (أَحْرَمَ) artinya adalah melakukan ihram (niat untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah). Sedangkan kata "muhrim" (مُحْرِمٌ) adalah isim failnya yang berarti orang yang melakukan ihram.
Sedangkan menurut situs Almaany, kata muhrim (مُحْرِمٌ) didefinisikan sebagai:
رَجُلٌ مُحْرِمٌ مَنْ أَحْرَمَ بِالْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ
"Seorang yang muhrim adalah orang yang ihram dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah".
Silahkan dicek sendiri di kamus Bahasa Arab Almaany online, caranya : Cara Translate Arab ke Indonesia di Kamus Online Almaany.
Kesimpulan: Bukan muhrim artinya tidak sedang melakukan ihram dalam ibadah haji dan umrah.
2. Arti Kata Bukan Mahram
Menurut kamus Bahasa Arab Almaany online, kata mahram didefinisikan sebagai:
الْمَحْرَمُ مِنَ النِّسَاءِ وَالرِّجَالِ : الَّذِيْ يَحْرُمُ التَّزَوُّجُ بِهِ لِرَحِمِهِ وَقَرَابَتِهِ
"Status mahram dari golongan wanita dan pria adalah seseorang yang haram menikahinya karena hubungan sanak dan kerabat".
Kesimpulan: Bukan mahram artinya tidak berstatus haram untuk dinikahi (ajnabi).
Demikian sekilas penjelasan tentang bukan muhrim dan bukan mahram. Semoga posting ini dapat memberi sedikit tambahan ilmu dan wawasan, terima kasih.