Hukum Bacaan Mad Iwad dan Contohnya
Hukum Bacaan Mad Iwad – Di dalam ilmu tajwid, setiap harakat yang diwaqafkan, maka cara membacanya adalah diganti menjadi harakat sukun. Namun, ada satu harakat yang ketika diwaqafkan, cara membacanya tidak diganti sukun tetapi ditukar menjadi harakat fathah. Kemudian, bacaan ini disebut dengan istilah "Mad Iwad".
Mad iwad merupakan salah satu dari macam-macam hukum bacaan mad (panjang) far’i. Saya sendiri sudah menuliskan mengenai pengertian mad dan pembagiannya, baik itu mad asli maupun mad far’i, silahkan pelajari: Macam-Macam Hukum Bacaan Mad.
Selanjutnya, hukum bacaan mad iwad merupakan salah satu bagian ilmu tajwid yang sangat penting untuk dimengerti. Dengan mempelajarinya, kita dapat memahami pengertian dan cara membaca kalimat yang dihukumi bacaan mad iwad. Sehingga, upaya untuk tetap menjaga kemurniaan bacaan mushaf Al-Qur’an dapat tetap terjaga.
Hukum Bacaan Mad Iwad
Berbicara mengenai mad iwad, ada beberapa hal yang harus dimengerti terlebih dahulu. Ini berkaitan tentang pengertian, contohnya, dan cara membacanya. Untuk itu, silahkan simak beberapa poin penjelasan tentang mad iwad berikut ini:
1. Pengertian Hukum Bacaan Mad Iwad
Menurut bahasa, kata "mad" (الْمَدُّ) berarti panjang dan kata "iwad" (الْعِوَضُ) berarti menukar.
Adapun menurut istilah, "mad iwad" (الْمَدُّ الْعِوَضُ) didefinisikan adalah apabila ada harakat fathatain yang diwaqafkan.
Berdasarkan pengertian ini, kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa suatu bacaan dikatakan sebagai hukum mad iwad apabila memenuhi 2 syarat, yaitu adanya waqaf dan huruf yang diwaqafkan itu berharakat fathatain.
Tentunya, sebuah huruf yang berharakat fathatain, apabila tidak diwaqafkan dan dibaca washal (terus), maka tidak dihukumi sebagai mad iwad. Demikian pula, harakat-harakat selain fathatain, apabila diwaqafkan tidak dihukumi sebagai mad iwad.
2. Contoh Hukum Bacaan Mad Iwad
Berdasarkan pengertian hukum bacaan mad iwad di atas, sebenarnya kita sudah dapat membayangkan bagaimana bentuk daripada hukum mad iwad. Namun, di sini saya akan memaparkan beberapa contoh kecilnya:
Contoh | Sebab |
---|---|
عَلِيْمًا |
Ada fathatain yang diwaqafkan |
خَبِيْرًا |
Ada fathatain yang diwaqafkan |
حَكِيْمًا |
Ada fathatain yang diwaqafkan |
سَبِيْلًا |
Ada fathatain yang diwaqafkan |
Perhatikan keempat contoh di atas, huruf akhir berharakat fathatain, apabila diwaqafkan maka hukum bacaannya disebut sebagai hukum mad iwad. Hal ini sebagaimana pengertian yang telah diulas di atas.
Dan perlu diketahui juga bahwa harakat fathatain pasti terjatuh di akhir kalimat, tidak di awal dan juga tidak di akhir. Mengapa? Karena demikian ini sudah menjadi tatanan paten berbahasa Arab sejak dulu.
3. Cara Membaca Hukum Mad Iwad
Sebagaimana namanya yaitu "iwad" yang berarti menukar. Maka, cara membacanya adalah dengan menukar harakat fathatain menjadi harakat fathah ketika ia dalam keadaan diwaqafkan.
Selain hukum bacaan ini juga termasuk bagian dari hukum "mad" yang artinya panjang. Jadi, harakat fathah yang telah ditukar tersebut dibaca panjang kira-kira 1 alif atau 2 harakat.
Contoh Hukum Mad Iwad Dalam Al-Qur'an
Adapun contoh-contoh bacaan Mad Iwad di dalam Al-Qur'an, maka sangatlah banyak sekali. Untuk itu, di sini ada beberapa contoh yang bisa saya tuliskan, misalnya perhatikan kalimat yang sengaja ditandai merah di bawah:
Surat Al-Isra' ayat 65:
إِنَّ عِبَادِيْ لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ ۚ وَكَفٰى بِرَبِّكَ وَكِيْلًا
Surat Al-Waqi'ah ayat 4-6:
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا، وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا، فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا
Surat Al-Waqiah ayat 35:
إِنَّٓا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً
Pengecualian Dalam Hukum Bacaan Mad Iwad
Kendatipun demikian, ada pengecualian dalam hukum mad iwad ini, yaitu apabila ada ta' marbuthah:
ة - ـة
Di mana, huruf ta' marbuthah ini yang berharakat fathatain dan diwaqafkan. Maka, cara membacanya tidak boleh ditukar menjadi fathah dan dibaca panjang, tetapi harus tetap diganti menjadi huruf "h" dengan tetap dibaca pendek.
Contoh pada Surat Al-Waqi'ah : 7
وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً
Perhatikan pada lafadz "ثَلَاثَةً", apabila diwaqafkan maka harus tetap dibaca menjadi huruf "h" yaitu "tsalatsah", tidak boleh ditukar menjadi harakat fathah sebagaimana hukum bacaan Mad Iwad di atas.
Silahkan baca: Cara Membaca Kalimat Yang Diwakafkan Dalam Al-Qur’an.
Kesimpulan
Hukum bacaan mad iwad adalah hukum tajwid yang cukup mudah untuk diingat. Hukum mad iwad sendiri ditentukan karena adanya harakat fathatain yang diwaqafkan. Namun, ada pengecualian dalam hukum bacaan ini, yaitu apabila yang berharakat fathatain tersebut berupa huruf ta’ marbuthah.
Baca juga : Kumpulan Materi Ilmu Tajwid.